Memulai dari diri sendiri dengan mempelajari modul 1.1 dan 1.2 yang menjadikan pengetahuan ini sebagai pencerahan bagi saya dalam proses pembelajaran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah peran guru dalam dunia Pendidikan yang menuntun siswa untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Proses pembelajaran terjadi tidak hanya sekedar hanya pada tahap transfer pengetahuan (knowledge) saja, namun juga pada tahap transfer keterampilan (skill) sampai pada tahap transfer nilai-nilai (values) berupa nilai-nilai kehidupan pada umumnya dan nilai-nilai spiritual keagamaan.
Pada tahap
inilah yang akhirnya akan mengarah kepada pembentukan satu karakter. Pendidikan
yang pada akhirnya bertujuan untuk memanusiakan manusia seutuhnya tentu harus melalui beberapa tahap yang harus
dilakukan oleh guru penggerak diantaranya yaitu menuntun siswa dalam
pembelajaran. Sebagaimana filosofi
seorang petani yang akan menanam tanamannya dengan penuh kasih sayang,
menghamba pada sang anak, memahami kodrat anak (kodrat alam dan kodrat zaman),
memperbaiki laku siswa agar selaras antara budi dan pekertinya, akan menjadikan
siswa sebagai manusia yang merdeka.
Kolaborasi
antara nilai dan peran guru penggerak
dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah seorang guru dapat menjalankan nilai
dan perannya sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman. Kodrat alam, yakni guru dapat menerapkan nilai mandiri,
reflektif sementara kodrat zaman yaitu guru dapat menerapkan nilai inovatif,
kolaboratif, pembelajaran yang berpusat pada murid. Serta mengimplementasikannya
dalam pembelajaran yang bermuatan
Pendidikan karakter yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara dalam Trilogi
Pendidikan yakni ing ngarsa sung
tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Dalam tugas 1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul
1.2 ini, sebagai Calon Guru Penggerak angaktan 7, mendapatkan tantangan untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4P,
yakni: 1. Peristiwa; 2. Pembelajaran; 3. Perasaan; 4. Penerapan; tentang materi yang sudah dipaparkan dalam sebuah
Eksplorasi Konsep. Dalam kesempatan
Refleksi Koneksi Antar Materi ini, saya berusaha untuk menelaah kembali rangkaian pembelajaran
mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2,
berikut pemaparan refleksi model
4P.
Peristiwa
Momen yang paling penting atau
menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga
Modul 1.2 adalah...Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami
adalah...
menyelesaikan
tugas-tugas dengan rentang waktu yang telah ditentukan secara rutin. Tugas
tersebut mengeksplorasi cara berpikir Calon Guru Penggerak guna menggali
informasi banyak. Selain tugas mandiri, ada
tugas kelompok. Dalam pelaksanaan nya kami diberi waktu yang sangat
singkat, hanya sehari namun harus mampu membagikan hasil pemahaman kelompoknya
kepada kelompok lain melalui presentasi.
Memahami dan mempelajari modul 1.1 sebagai
acuan CGP dan modul 1.2 mengenai nilai dan peran guru penggerak. Memahami
filosofi pemikiran KHD sebagaimana seorang guru bertindak sebagai among yang
menuntun muridnya mencapai kebahagiaan serta menghamba pada anak namun tetap mengedepankan kemandirian nya dalam berproses dengan bimbingan. Menganalisa masing-masing nila dan peran guru
penggerak yang berkaitan dengan filosofi KHD.
Koneksi antar materi dari
modul 1.1 dan modul 1.2 tentang
peristiwa yang saya temui diantaranya
misalnya: Dalam modul 1.1 kami belajar
bersama, berdiskusi dan mendapatkan dasar-dasar filosofis dari kegiatan
pendidikan di Indonesia. Belajar tentang hakikat pendidikan, tujuan pendidikan,
alat pendidikan, syarat pendidikan, prinsip-prinsip pendidikan, berdasarkan
pada konsep-konsep pemikiran Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar
Dewantara.
Sementara dalam modul 1.2
kami belajar bersama, berdiskusi dan meluaskan wawasan kami tentang nilai-nilai
dan peran guru penggerak. Mempelajari macam-macam konsep yang mendukung pada
terealisasinya profil pelajar pancasila melalui peran aktif guru penggerak.
Dari berapa konsep tersebut diataranya adalah: Manusia’ tergerak; dalam memahami ini
dibahas beberapa hal, misalnya: Kinerja otak (triune brain, berpikir
cepat-lambat), Kebutuhan genetis (5 kebutuhan dasar manusia), serta tahap-tahap
tumbuh kembang anak.
Manusia
merdeka ‘bergerak’; dengan pembahasan antara lain: memahami teori
pilihan, motivasi intrinsik, profil pelajar pancasila, dan nilai-nilai guru
penggerak.
Menuntun
kekuatan kodrat manusia ‘menggerakkan’; yang meliputi bahasan tentang
diagram identitas gunung es, lingkaran pengaruh, dan peran guru penggerak.
Setelah
rangkaian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan melakukan rangkaian
kegiatan-kegiatan, seperti: diskusi serta presentasi di ruang kolaborasi,
demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, aksi nyata,
dan juga refleksi dwimingguan yang sudah terjadwal secara sistematis dalam LMS.
Dari
peristiwa tersebut maka momen yang
paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses
pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini adalah bahwa manusia juga masih memiliki
sisi otak reptil dan
otak mamalia, sesuai dengan teori otak triune, sehingga jangan sampai kedua otak ini justru
lepas dan mengambil alih kontrol atas otak primata/otak luhur manusia, sebab
terjadi maka hilanglah nilai-nilai
kemanusiaan kita. Disisi lain kita adalah guru. Guru adalah manusia yang
senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh sebab itu guru
harus lebih dahulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk
bergerak dan untuk menggerakkan manusia
yang lain.
Kaitan
antara Modul 1.1 dan 1.2 adalah antara modul 1.1 dan modul 1.2 ini memiliki
hubungan keterkaitan yang sangat mendasar dan sangat prinsipil.
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang
saya fahami adalah bahwa materi modul 1.1 menjadi landasan filosofis, yang akan
mengkristal dan mengendap dalam jiwa sanubari pelaku pendidikan, terutama para
guru dalam menjalankan amanahnya untuk memajukan pendidikan demi harkat dan
martabat bangsa kita bangsa indonesia. Hal ini akan menjadi nilai intrinsik
yang akan mampu menjadi motor penggerak yang membuat seorang manusia merasa
tersadar dan ‘tergerak’. Dengan kata lain konsep pada modul 1.1 sebagai
pondasi konsep pemikiran tempat kita berpijak dalam mendirikan kokohnya rumah bangunan
sistem pendidikan nasional kita. Dan peran modul 1.2 adalah sebagai ‘motor
penggerak’nya. Sehingga, setelah tersedianya ‘motornya’ maka bagaimana
seharusnya seorang guru penggerak mampu bergerak untuk menggerakkan ekosistem
pendidikan. Nilai-nilai apa yang harus dipedomani serta diimplementasikan.
Perasaan
Saat saya
mengetahui dan memahami tentang teori otak triune ini, bahwasannya kita juga
memiliki otak reptil yang mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi
kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan oleh
otak. Bagian otak yang berfungsi mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh,
seperti: jantung, hati, paru-paru, dan lainnya yang terkait dengan sistem
pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon, suhu tubuh, bertahan hidup
seperti: refleks untuk melawan, kabur, diam. Saat itu saya merasa sedikit asing,
seperti menemukan sebuah fakta atau kenyataan aneh, tapi itulah kenyataannya.
Pembelajaran
Ketika kesadaran
baru tersebut muncul saya berpikir bahwa otak yang ada pada manusia adalah otak luhur manusia, serta
menyadari bahwa bagian-bagian itu
benar-benar menunjukkan betapa lengkap dan canggihnya sistem koordinasi dan
kerja otak manusia, dan atas realita kenyataan ini menunjukkan betapa kuasanya Sang Pencipta, Allah SWT. Perlu diingat bahwa
secara alamiah manusia memiliki
kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Naluri kita akan lebih cepat merespon
dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya
terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman atau bukan. Dar sisi positifnya
, otak luhur manusia juga dilengkapi dengan kemampuan untuk belajar. Tidak
statis namun elastis. Dengan demikian penggunaan sistem berpikir lambat,
penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari sehingga tidak begitu saja
memperkenankan sistem berpikir cepat (otak reptil dan mamalia) untuk mengambil
alih kendali diri kita. Pelajaran yang
saya dapatkan, bahwa kita harus bisa mengendalikan dan menuntun otak
reptil-mamalia kita, serta para peserta didik kita, untuk senantiasa dalam
lingkupan kendali otak luhur kita.
Future /
Penerapan
Untuk penerapan
ke depan rencana sayaakan selalu berusaha menjawab pertanyaan pemantik tentang hal
pengembangan diri yang sederhana, nyata dan
rutin serta dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan
nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak. Dalam menjawab pertanyaan
ini, perihal sederhana, konkret, dan rutin untuk melakukan pengembangan diri
antara lain adalah: 1) membuat suasana belajar yang menyenangkan; 2)
melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid; 3) mengikuti pelatihan
pengembangan diri secara mandiri, baik daring maupun luring; 4) sering membuat
refleksi sederhana, sehingga terdapat jejak terhadap proses perbaikan yang
dilakukan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar