Welcome

<< IPS Papi Ijal>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Sabtu, 19 November 2022

1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 Nilai & Peran Guru Penggerak

 

Memulai dari diri sendiri dengan mempelajari modul 1.1 dan 1.2 yang menjadikan pengetahuan ini sebagai pencerahan bagi saya dalam proses pembelajaran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah peran guru dalam dunia Pendidikan yang menuntun siswa untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Proses pembelajaran terjadi tidak hanya sekedar hanya pada tahap transfer pengetahuan (knowledge) saja, namun juga pada tahap transfer keterampilan (skill) sampai  pada tahap transfer nilai-nilai (values) berupa nilai-nilai kehidupan pada umumnya dan nilai-nilai spiritual keagamaan. 

 

Pada tahap inilah yang akhirnya akan mengarah kepada pembentukan satu karakter. Pendidikan yang pada akhirnya bertujuan untuk memanusiakan manusia seutuhnya  tentu harus melalui beberapa tahap yang harus dilakukan oleh guru penggerak diantaranya yaitu menuntun siswa dalam pembelajaran. Sebagaimana  filosofi seorang petani yang akan menanam tanamannya dengan penuh kasih sayang, menghamba pada sang anak, memahami kodrat anak (kodrat alam dan kodrat zaman), memperbaiki laku siswa agar selaras antara budi dan pekertinya, akan menjadikan siswa sebagai manusia yang merdeka.

 

Kolaborasi  antara nilai dan peran guru penggerak dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah seorang guru dapat menjalankan nilai dan perannya  sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam, yakni guru dapat menerapkan nilai mandiri, reflektif sementara kodrat zaman yaitu guru dapat menerapkan nilai inovatif, kolaboratif, pembelajaran yang berpusat pada murid. Serta mengimplementasikannya dalam  pembelajaran yang bermuatan Pendidikan karakter yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara dalam Trilogi Pendidikan yakni  ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

 

Dalam  tugas 1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 ini, sebagai Calon Guru Penggerak angaktan 7, mendapatkan tantangan  untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4P, yakni: 1. Peristiwa; 2. Pembelajaran; 3. Perasaan; 4. Penerapan;  tentang materi yang sudah dipaparkan dalam sebuah Eksplorasi Konsep. Dalam  kesempatan Refleksi Koneksi Antar Materi ini, saya berusaha  untuk menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2,   berikut  pemaparan refleksi model 4P.

 

Peristiwa

Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah...Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah... 

menyelesaikan tugas-tugas dengan rentang waktu yang telah ditentukan secara rutin. Tugas tersebut mengeksplorasi cara berpikir Calon Guru Penggerak guna menggali informasi banyak. Selain tugas mandiri, ada  tugas kelompok. Dalam pelaksanaan nya kami diberi waktu yang sangat singkat, hanya sehari namun harus mampu membagikan hasil pemahaman kelompoknya kepada kelompok lain melalui presentasi.  Memahami dan mempelajari modul 1.1 sebagai acuan CGP dan modul 1.2 mengenai nilai dan peran guru penggerak. Memahami filosofi pemikiran KHD sebagaimana seorang guru bertindak sebagai among yang menuntun muridnya mencapai kebahagiaan serta menghamba pada anak namun tetap mengedepankan kemandirian nya dalam berproses dengan bimbingan.  Menganalisa masing-masing nila dan peran guru penggerak yang berkaitan dengan filosofi KHD.

 

Koneksi antar materi dari modul 1.1 dan modul 1.2 tentang  peristiwa  yang saya temui diantaranya misalnya:  Dalam modul 1.1 kami belajar bersama, berdiskusi dan mendapatkan dasar-dasar filosofis dari kegiatan pendidikan di Indonesia. Belajar tentang hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, alat pendidikan, syarat pendidikan, prinsip-prinsip pendidikan, berdasarkan pada konsep-konsep pemikiran Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara.

Sementara dalam modul 1.2 kami belajar bersama, berdiskusi dan meluaskan wawasan kami tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Mempelajari macam-macam konsep yang mendukung pada terealisasinya profil pelajar pancasila melalui peran aktif guru penggerak. Dari berapa konsep tersebut diataranya adalah:   Manusia’ tergerak; dalam memahami ini dibahas beberapa hal, misalnya: Kinerja otak (triune brain, berpikir cepat-lambat), Kebutuhan genetis (5 kebutuhan dasar manusia), serta tahap-tahap tumbuh kembang anak.

Manusia merdeka ‘bergerak’; dengan pembahasan antara lain: memahami teori pilihan, motivasi intrinsik, profil pelajar pancasila, dan nilai-nilai guru penggerak.

Menuntun kekuatan kodrat manusia ‘menggerakkan’; yang meliputi bahasan tentang diagram identitas gunung es, lingkaran pengaruh, dan peran guru penggerak.

Setelah rangkaian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan melakukan rangkaian kegiatan-kegiatan, seperti: diskusi serta presentasi di ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, aksi nyata, dan juga refleksi dwimingguan yang sudah terjadwal secara sistematis dalam LMS.

 

Dari peristiwa  tersebut maka momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini adalah bahwa manusia juga masih memiliki sisi  otak reptil dan otak mamalia, sesuai dengan teori otak triune,  sehingga jangan sampai kedua otak ini justru lepas dan mengambil alih kontrol atas otak primata/otak luhur manusia, sebab terjadi  maka hilanglah nilai-nilai kemanusiaan kita. Disisi lain kita adalah guru. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh sebab itu guru harus lebih dahulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan untuk  menggerakkan manusia yang lain.

 

Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 adalah antara modul 1.1 dan modul 1.2 ini memiliki hubungan keterkaitan yang sangat mendasar  dan sangat prinsipil.  Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah bahwa materi modul 1.1 menjadi landasan filosofis, yang akan mengkristal dan mengendap dalam jiwa sanubari pelaku pendidikan, terutama para guru dalam menjalankan amanahnya untuk memajukan pendidikan demi harkat dan martabat bangsa kita bangsa indonesia. Hal ini akan menjadi nilai intrinsik yang akan mampu menjadi motor penggerak yang membuat seorang manusia merasa tersadar dan ‘tergerak’. Dengan kata lain konsep pada modul 1.1 sebagai pondasi konsep pemikiran tempat kita berpijak dalam mendirikan kokohnya rumah bangunan sistem pendidikan nasional kita. Dan  peran modul 1.2 adalah sebagai ‘motor penggerak’nya. Sehingga, setelah tersedianya ‘motornya’ maka bagaimana seharusnya seorang guru penggerak mampu bergerak untuk menggerakkan ekosistem pendidikan. Nilai-nilai apa yang harus dipedomani serta diimplementasikan.

 

Perasaan

Saat saya mengetahui dan memahami tentang teori otak triune ini, bahwasannya kita juga memiliki otak reptil yang mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan oleh otak. Bagian otak yang berfungsi mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan lainnya yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon, suhu tubuh, bertahan hidup seperti: refleks untuk melawan, kabur, diam. Saat itu saya merasa sedikit asing, seperti menemukan sebuah fakta atau kenyataan aneh, tapi itulah kenyataannya.

 

Pembelajaran

Ketika kesadaran baru tersebut muncul saya berpikir bahwa otak yang ada pada  manusia adalah otak luhur manusia, serta menyadari bahwa  bagian-bagian itu benar-benar menunjukkan betapa lengkap dan canggihnya sistem koordinasi dan kerja otak manusia, dan atas realita kenyataan ini menunjukkan betapa kuasanya  Sang Pencipta, Allah SWT. Perlu diingat bahwa secara alamiah manusia  memiliki kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Naluri kita akan lebih cepat merespon dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman atau bukan. Dar sisi positifnya , otak luhur manusia juga dilengkapi dengan kemampuan untuk belajar. Tidak statis namun elastis. Dengan demikian penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari sehingga tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak reptil dan mamalia) untuk mengambil alih kendali diri kita.  Pelajaran yang saya dapatkan, bahwa kita harus bisa mengendalikan dan menuntun otak reptil-mamalia kita, serta para peserta didik kita, untuk senantiasa dalam lingkupan kendali otak luhur kita. 

 

Future / Penerapan

Untuk penerapan ke depan rencana sayaakan selalu berusaha menjawab pertanyaan pemantik tentang hal pengembangan diri yang sederhana, nyata  dan rutin serta dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak. Dalam menjawab pertanyaan ini, perihal sederhana, konkret, dan rutin untuk melakukan pengembangan diri antara lain adalah: 1) membuat suasana belajar yang menyenangkan; 2) melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid; 3) mengikuti pelatihan pengembangan diri secara mandiri, baik daring maupun luring; 4) sering membuat refleksi sederhana, sehingga terdapat jejak terhadap proses perbaikan yang dilakukan..

Tidak ada komentar: