Welcome

<< Mulai dengan cerita yang menarik>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Kamis, 01 Mei 2025

Certa fiksi : Malin kundang versi Splaga

 Babak 1: Pembentukan Impian dan Pembagian Tugas

Awalnya, ide untuk mementaskan drama Malin Kundang muncul begitu saja saat pelajaran Bahasa Indonesia membahas cerita rakyat. Bu Ani, guru yang penuh semangat, melemparkan tantangan ini kepada kelas 8B. Mula-mula, suasana kelas riuh rendah. Ada yang antusias, ada pula yang tampak ragu-ragu. Namun, semangat Bu Ani yang menular perlahan menyatukan mereka.

Setelah diskusi singkat, diputuskanlah bahwa Malin Kundang akan menjadi proyek drama kelas. Langkah pertama adalah pembentukan panitia. Dengan musyawarah mufakat, terpilihlah beberapa siswa yang memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab. Rina didapuk menjadi sutradara, dibantu oleh Budi sebagai asisten sutradara. Seksi naskah dipercayakan kepada Maya dan kelompoknya, yang bertugas mengadaptasi cerita Malin Kundang menjadi naskah drama yang menarik dan sesuai untuk panggung.

Pembagian peran menjadi sesi yang cukup seru. Banyak yang ingin menjadi Malin Kundang, tokoh utama yang tampan dan kaya raya. Sementara itu, peran ibunda Malin yang penuh kasih juga tak kalah peminat. Setelah melalui proses audisi sederhana dan pertimbangan dari sutradara, akhirnya peran-peran penting terisi. Doni terpilih menjadi Malin Kundang, dan Siti memerankan ibunya. Peran-peran lain seperti teman-teman Malin, nahkoda kapal, dan para pedagang juga mendapatkan aktor dan aktrisnya masing-masing.

Babak 2: Menggali Naskah dan Menghafal Dialog

Seksi naskah bekerja keras. Mereka tidak hanya mengambil mentah-mentah cerita Malin Kundang, tetapi juga menambahkan beberapa dialog dan adegan untuk memperkaya dramatisasi. Mereka berdiskusi tentang bagaimana menggambarkan kesedihan hati ibunda Malin, kesombongan Malin setelah sukses, hingga momen tragis pengkhianatan.

Setelah naskah selesai, giliran para aktor dan aktris untuk menghafal dialog. Ini menjadi tantangan tersendiri. Beberapa dialog cukup panjang dan menggunakan bahasa yang sedikit berbeda dari percakapan sehari-hari. Mereka belajar bersama, saling membantu mengingatkan dialog, bahkan membuat catatan-catatan kecil di naskah mereka. Rina dan Budi sebagai sutradara dan asisten tak henti-hentinya memberikan arahan tentang intonasi, ekspresi wajah, dan gestur tubuh yang sesuai dengan karakter masing-masing.

Babak 3: Menata Panggung dan Merancang Kostum

Di sisi lain, seksi perlengkapan dan dekorasi mulai bergerak. Mereka berdiskusi tentang bagaimana menciptakan suasana perkampungan nelayan yang sederhana, lalu berubah menjadi pelabuhan yang ramai dan kapal megah. Mereka mengumpulkan bahan-bahan bekas yang bisa didaur ulang menjadi properti panggung. Kardus bekas disulap menjadi rumah sederhana, kain-kain perca menjadi layar kapal, dan ranting pohon menjadi tiang dermaga.

Seksi kostum juga tak kalah sibuk. Mereka mengukur badan setiap pemain dan mulai merancang kostum yang sesuai dengan karakter dan latar waktu cerita. Untuk Malin Kundang, mereka menyiapkan pakaian yang awalnya sederhana lalu berubah menjadi pakaian mewah seorang saudagar kaya. Ibunda Malin akan mengenakan pakaian sederhana seorang ibu nelayan. Kostum para nelayan dan pedagang juga dirancang sedemikian rupa agar tampak autentik. Mereka bahkan mencari kain-kain batik dan tenun sederhana untuk menambah kesan tradisional.

Babak 4: Latihan Intensif dan Pembentukan Kekompakan

Minggu demi minggu berlalu, dan latihan semakin intensif. Mereka berlatih di aula sekolah setelah jam pelajaran selesai. Awalnya, banyak adegan yang terasa kaku dan dialog yang terlupa. Namun, dengan kesabaran Rina dan Budi, serta semangat pantang menyerah dari seluruh pemain, perlahan tapi pasti, setiap adegan mulai terlihat hidup.

Latihan ini bukan hanya tentang menghafal dialog dan gerakan. Lebih dari itu, ini adalah proses membangun kekompakan tim. Mereka belajar untuk saling mendengarkan, memberikan dukungan, dan menerima kritik membangun. Momen-momen lucu saat salah dialog atau gerakan seringkali menjadi penyegar suasana dan mempererat persahabatan di antara mereka.

Babak 5: Gladi Bersih dan Degup Jantung Menjelang Pentas

Tibalah saat gladi bersih. Ini adalah latihan terakhir sebelum pementasan sesungguhnya. Semua elemen, mulai dari tata panggung, kostum, musik pengiring, hingga pencahayaan, disatukan. Gladi bersih ini bertujuan untuk memastikan semuanya berjalan lancar dan mengidentifikasi potensi masalah yang mungkin timbul.

Saat gladi bersih, rasa gugup mulai menyelimuti beberapa pemain. Ada yang lupa dialog, ada yang salah posisi, namun semua berusaha untuk tetap fokus dan memperbaiki kesalahan. Bu Ani dan beberapa guru lain turut hadir memberikan masukan dan semangat.

Babak 6: Hari Pementasan yang Mendebarkan

Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Aula sekolah dipenuhi oleh para siswa, guru, dan orang tua yang antusias menyaksikan pementasan drama Malin Kundang kelas 8B. Di belakang panggung, suasana terasa tegang sekaligus bersemangat. Para pemain merapikan kostum, saling menyemangati, dan melakukan pemanasan terakhir.

Ketika tirai panggung terbuka, semua mata tertuju pada para pemain. Doni berhasil memerankan Malin Kundang dengan karisma dan kesombongan yang meyakinkan. Siti mampu menghadirkan sosok ibunda Malin yang penuh kasih sayang dan kepedihan. Setiap pemain memberikan penampilan terbaik mereka, menghidupkan karakter-karakter dalam cerita.

Alur drama berjalan sesuai rencana. Tawa penonton pecah saat adegan Malin kecil bermain di pantai, rasa haru menyelimuti saat ibunda Malin melepas kepergian anaknya, dan ketegangan memuncak saat Malin dewasa tidak mengakui ibunya. Puncaknya adalah adegan tragis di mana Malin Kundang dikutuk menjadi batu, yang diperankan dengan apik oleh Doni dan didukung oleh efek tata panggung dan suara yang dramatis.

Setelah tirai kembali tertutup, tepuk tangan riuh menggema di seluruh aula. Rasa lega, bangga, dan haru bercampur aduk di hati para pemain dan kru. Mereka berhasil mempersembahkan sebuah pementasan yang memukau dan meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton. Persiapan yang panjang dan kerja keras mereka selama berbulan-bulan terbayar lunas. Drama Malin Kundang kelas 8B bukan hanya sekadar pementasan, tetapi juga sebuah perjalanan belajar tentang kerja sama, tanggung jawab, dan bagaimana menghidupkan sebuah cerita melalui seni peran.






Disclaimer :

(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)

Tidak ada komentar: