Kamis , 24 Februari 2022
Kelas VIII D
JP 7-8
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Assalamu'alaikum
Wr.Wb.
الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘alaa
asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala
alihi washahbihi aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma
ba’du.
Selamat
pagi anak-anakku yang cerdas
Bagaimana
kabarnya hari ini? sehat semua yaa.. alhamdulillah..
In syaa
allah kalian sudah sholat subuh semua yaa, jangan lupa tadarus serta sholat
dhuha yaa....! sebelum belajar baiknya kita berdoa sejenak.. berdoa
mulai...
aamiin
Semoga
kita semua dalam keadaan sehat walafiat dan selalu dalam lindungan Allah
Swt. aamiin
Alhamdulillah
hari ini, kita bisa bertemu kembali dalam pelajaran IPS.
Anak-anakku,
pada pertemuan kali ini, kita akan mempelajari materi berikut berikut.
... .
Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Eropa (kedua)
KD
3.4 Menganalisis
kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang (geografis, politik, ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya) dari masa penjajahan sampai tumbuhnya semangat
kebangsaan..
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah siswa mempelajari materi ini,
diharapkan siswa dapat :
·
Mendeskripsikan proses kedatangan bangsa-bangsa eropa dan perlawanan bangsa indonesia.
·
Menggambarkan proses kedatangan bangsa eropa dan mengidentifikasi
perlawanan bangsa Indonesia
Materi
Perlawanan
Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Eropa (kedua)
Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
Selama masa penjajahan, rakyat Nusantara secara aktif mencoba
menentang dan mengusir penjajah. Meskipun sering kali mengalami kegagalan,
berbagai perlawanan ini muncul terus-menerus, baik kepada Portugis, persekutuan
dagang VOC, maupun pemerintah Hindia Belanda.
Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 217) beberapa bentuk
perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme di Indonesia adalah sebagai
berikut.
A. Perlawanan terhadap Persekutuan Dagang
1. Sultan Baabullah Mengusir Portugis
Pada tahun 1575, Kerajaan Tidore dibawah pimpinan Sultan Baabullah bersama
dengan rakyat Maluku berhasil mengusir Portugis berhasil diusir dari Ternate. Selanjutnya,
Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon. Pada tahun 1605, Portugis
berhasil diusir oleh VOC dari Ambon. Portugis kemudian menyingkir ke Timor
Timur/Timor Leste dan melakukan kolonisasi di tempat itu.
2. Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah
disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah
memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada tahun 1629, Aceh
mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum
berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri
sebagai kerajaan yang merdeka.
3. Ketangguhan “Ayam Jantan dari Timur”
Suatu ketika, Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin atau yang dijuluki
“Ayam Jantan dari Timur” oleh Belanda, berselisih paham dengan kerajaan Bone
(Arung Palaka). Hal ini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan
tersebut. VOC memberikan dukungan, sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa
tahun 1666. Sultan Hassanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada
18 November 1667. Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa
sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil, yang
sulit melakukan perlawanan terhadap VOC.
4. Serangan Mataram terhadap VOC
Perselisihan antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu
monopoli Belanda. Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan
terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628.
Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso, yang tiba di Batavia tanggal 22
Agustus 1628. Serangan pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal sehingga
terpaksa pasukan ditarik kembali ke Mataram tanggal 3 Desember 1628. Serangan
kedua dimulai pada tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Namun,
serangan kedua ini pun gagal, karena faktor kelemahan yang sama seperti pada
serangan pertama.
B. Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda
Perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Abad XIX merupakan puncak perlawanan rakyat
Indonesia di berbagai daerah menentang Pemerintah Hindia Belanda. Menurut Tim
Kemdikbud (2017, hlm. 222) berikut adalah proses perlawanan rakyat Indonesia
terhadap pemerintah Hindia Belanda pada abad XIX.
Perang Saparua di Ambon
Pattimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut
benteng Belanda serta membunuh Residen van den Berg. Dalam perlawanan tersebut,
turut serta pula seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu yang
merupakan putri tunggal dari Paulus Tiahahu, teman dari Kapten Pattimura.
Perang Paderi di Sumatra Barat
(1821-1838)
Perlawanan kaum Padri dengan sasaran utama Belanda meletus tahun
1821. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik,
Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil membuat
Belanda terpojok. Di saat yang sama, Belanda juga sedang menghadapi perlawanan
Pangeran Diponegoro (1825-1830).
Belanda sadar apabila pertempuran dilanjutkan, Belanda akan
kalah. Belanda pun mengajak kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol
tanggal 15 November 1825. Selanjutnya, Belanda berkonsentrasi ke Perang
Diponegoro dan berhasil memadamkan perlawanan Diponegoro.
Namun, setelah itu, Belanda kembali melakukan penyerangan
terhadap Padri dan pada akhirnya berhasil membuat kekuasaan Belanda di
Minangkabau semakin besar.
Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Diponegoro merupakan salah satu perang besar yang
dihadapi Belanda. Perlawanan Pangeran Diponegoro tidak lepas dari kegelisahan
dan penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia
Belanda.
Campur tangan pemerintah Hindia Belanda dalam urusan Keraton
Yogyakarta merupakan salah satu penyebab kegelisahan rakyat. Pajak-pajak yang
diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan ekonomi lainnya menjadi
sumber penderitaan rakyat, yang ikut juga melatarbelakangi Perang Diponegoro.
Perang Aceh
Traktat London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka
kepada Inggris, dan Belanda mendapat hak atas Aceh. Berdasarkan traktat
tersebut, Belanda mempunyai alasan untuk menyerang istana Aceh.
Saat itu, Aceh masih merupakan negara merdeka. Belanda melakukan
penyerangan hingga membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan
Aceh 5 April 1873. Semangat perang membela agama Islam menggerakkan perlawanan
rakyat Aceh. Jendral besar Belanda, yakni Kohler terbunuh saat pertempuran di
depan Masjid Baiturrahman, Banda Aceh.
Kohler meninggal dekat dengan pohon yang sekarang diberi nama
Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan sistem bertahan dalam benteng
besar oleh Belanda tidak berhasil. Belanda semakin terdesak, korban semakin
besar, dan keuangan terus terkuras.
Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik
perlawanan rakyat Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda mengutus Dr. Snouck
Hurgronje yang memakai nama samaran Abdul Gafar. Sebagai seorang ahli bahasa,
sejarah, dan sosial Islam, ia dimintai masukan atau rekomendasi tentang
cara-cara mengalahkan rakyat Aceh.
Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara
golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama. Belanda menjanjikan kedudukan
pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang
yang tertarik pada tawaran Belanda.
Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang
apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin
terdesak. Banyak pahlawan-pahlawan Aceh yang gugur dalam peperangan melawan
Belanda.
Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan
Aceh Mohammad Daudsyah ditawan pada tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal
di Batavia. Panglima Polem Mohammad Daud juga menyerah pada tahun 1903. Cut
Nyak Dien, tokoh pemimpin perempuan, ditangkap tahun 1906, kemudian diasingkan
ke Sumedang.
Pahlawan perempuan Cut Meutia gugur pada tahun 1910. Perlawanan
Aceh pun terus menyusut. Hingga tahun 1917, Belanda masih melakukan pengejaran
terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh. Belanda mengumumkan berakhirnya Perang Aceh
pada tahun 1904. Padahal, perlawanan seporadis rakyat Aceh masih berlangsung
hingga tahun 1930an.
Perlawanan Sisingamangaraja, Sumatra
Utara
Perlawanan terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukan oleh
Sisingamangaraja XII. Perjuangan perlawanan ini disebut juga denganPerang
Batak, dan berlangsung selama 29 tahun. Pertempuran diawali dari Bahal Batu,
yang menjadi pusat pertahanan Belanda tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang Batak, Belanda menarik pasukan dari
Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah Kapten Christoffel
berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak. Kedua putra
beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga seluruh Tapanuli
dapat dikuasai Belanda.
Perang Banjar
Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan
pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada
Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada
tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom ditangkap
Belanda. Pasukan Pangeran Antasari dapat didesak. Pada tahun 1862, Pangeran
Hidayat menyerah, dan berakhirlah perlawanan Banjar di Pulau Kalimantan.
Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905
Perang Jagaraga di Bali
Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan Kerajaan di Bali
bersengketa tentang hak tawan karang. Hak tawan karang menyatakan bahwa setiap
kapal yang kandas di perairan Bali menjadi hak penguasa di daerah tersebut.
Pemerintah Belanda memprotes raja Buleleng yang menyita 2 (dua) kapal milik
Belanda. Raja Buleleng tidak menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan
kedua kapalnya.
Persengketaan ini menyebabkan Belanda melakukan serangan
terhadap Kerajaan Buleleng pada tahun 1846. Belanda berhasil menguasai Kerajaan
Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan
Karangasem.
Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan
ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan Bali, yaitu Gianyar dan Klungkung
menjadi sasaran Belanda pada tahun 1906. seluruh kerajaan di Bali pun jatuh ke
pihak Belanda setelah rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang
dikenal dengan perang puputan jagaraga.
Baiklah
kids pemaparan materi kali ini cukup luaskan… dan masih banyak lagi periswtiwa
heroik sekitar Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ok children, to close the
material in our meeting today, Mr. will give an assignment or evaluation to
find out how far you understand the material that we have discussed together.
Tugas kalian
1. Setiap anak mencari gambar contoh
materi diatas dan diberikan penjelasan sesuai pemahaman kalian berdasarkan
materi kita hari ini.
Sumber Referensi
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
https://serupa.id/kondisi-masyarakat-indonesia-pada-masa-penjajahan/
https://kelasips.com/kinemaster-pro/
3 komentar:
Assalamualaikum
nama:putri aulia
kelas:8d
hadir
terimakasih,wassalamualaikum
Assalamualaikum
Nama : Hafiza FN
Kelas : 8D
Ket : Hadir
Wassalamualaikum
Assalamualaikum
Nama : Syntia Wulandari
Kelas : 8D
Ket : Hadir
Terimakasih,
Wassalamualaikum
Posting Komentar