Jejak Cinta di Rimba Bukit Barisan |
SMA Wasantara Bandar Lampung memiliki berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, salah satunya adalah "Eksplorer Alam", sebuah ekskul yang mewadahi siswa-siswi pecinta alam dan petualangan. Ekskul ini rutin mengadakan kegiatan mendaki gunung, berkemah di hutan, menyusuri pantai, dan berbagai aktivitas outdoor lainnya. Di tengah hijaunya alam Lampung dan tantangan petualangan, tumbuhlah kisah cinta antara dua anggota Eksplorer Alam yang memiliki karakter berbeda namun saling melengkapi.
Bab 1: Pertemuan di Kaki Gunung Pesagi
Rani adalah seorang siswi kelas XI yang dikenal sebagai "jiwa petualang" di Eksplorer Alam. Ia memiliki semangat membara, fisik yang kuat, pengetahuan alam yang luas, dan keberanian yang luar biasa. Rani selalu antusias mengikuti setiap kegiatan ekskul, bahkan seringkali menjadi pemimpin dalam kelompok pendakian atau penjelajahan. Meskipun terlihat tangguh di luar, Rani memiliki hati yang lembut dan penuh perhatian, terutama pada alam dan teman-temannya.
Di sisi lain, ada Arya, seorang siswa kelas XI yang baru bergabung dengan Eksplorer Alam. Arya memiliki karakter yang lebih tenang dan analitis. Ia lebih suka mengamati dan mempelajari alam secara mendalam daripada langsung terjun dalam petualangan ekstrem. Arya memiliki bakat fotografi alam yang luar biasa, setiap jepretan kameranya mampu menangkap keindahan alam Lampung dengan cara yang unik dan memukau. Arya bergabung dengan Eksplorer Alam untuk mencari inspirasi dan ketenangan di tengah hiruk pikuk kehidupan kota.
Pertemuan pertama Rani dan Arya terjadi saat kegiatan pendakian Gunung Pesagi, gunung tertinggi di Lampung Barat. Eksplorer Alam mengadakan pendakian massal untuk menyambut anggota baru dan mempererat tali persahabatan antar anggota. Rani ditunjuk sebagai ketua kelompok pendakian, sementara Arya tergabung dalam kelompok Rani sebagai anggota baru.
Awalnya, Rani dan Arya tidak terlalu akrab. Rani merasa Arya terlalu pendiam dan kurang bersemangat dalam mendaki, sementara Arya merasa Rani terlalu dominan dan kurang sabar dalam membimbing anggota baru. Namun, seiring berjalannya pendakian, mereka mulai saling memahami dan menghargai perbedaan karakter masing-masing.
Saat kelompok Rani menghadapi kesulitan menyeberangi sungai kecil yang deras, Arya dengan tenang mengusulkan cara menyeberangi sungai menggunakan tali dan batang kayu yang ada di sekitar sungai. Rani terkesan dengan ide Arya yang cerdas dan praktis. Mereka berhasil menyeberangi sungai dengan selamat berkat ide Arya.
Di sisi lain, Arya juga mulai mengagumi keberanian dan ketangguhan Rani saat mendaki. Rani selalu berada di depan, membuka jalan, memberikan semangat pada anggota kelompok yang kelelahan, dan memastikan semua anggota kelompok aman dan selamat. Arya mengabadikan momen-momen pendakian Rani dengan kameranya, menangkap ekspresi wajah Rani yang penuh semangat dan determinasi.
Saat malam tiba dan kelompok Rani mendirikan tenda di pos peristirahatan, Rani dan Arya ditugaskan untuk memasak makan malam bersama. Di tengah dinginnya udara gunung dan hangatnya api unggun, percakapan mengalir begitu saja antara Rani dan Arya. Mereka membahas tentang alam, petualangan, impian, dan hal-hal pribadi lainnya.
Rani terkejut mendapati bahwa Arya memiliki pengetahuan alam yang luas, meskipun ia baru bergabung dengan Eksplorer Alam. Arya menceritakan tentang hobinya membaca buku-buku tentang flora dan fauna, serta cita-citanya menjadi seorang fotografer alam profesional. Rani terpesona dengan ketenangan dan kedalaman pemikiran Arya.
Arya juga terkesan dengan semangat petualang Rani yang membara, namun juga menyadari bahwa di balik ketangguhan Rani, ada hati yang lembut dan peduli. Rani menceritakan tentang kecintaannya pada alam Lampung, kekhawatirannya tentang kerusakan lingkungan, dan impiannya untuk menjadi seorang konservasionis alam. Arya merasa kagum dengan kepedulian dan idealisme Rani.
Malam itu, di kaki Gunung Pesagi, di bawah langit bertabur bintang, benih-benih kekaguman dan ketertarikan mulai tumbuh di antara Rani dan Arya. Mereka berdua merasa ada koneksi yang kuat, meskipun mereka baru saling mengenal.
Bab 2: Petualangan di Pantai Gigi Hiu
Setelah pendakian Gunung Pesagi, Eksplorer Alam mengadakan kegiatan selanjutnya, yaitu berkemah di Pantai Gigi Hiu, pantai eksotis di Lampung Selatan yang terkenal dengan formasi batu karang yang menyerupai gigi hiu. Rani dan Arya kembali tergabung dalam satu kelompok, semakin mempererat kedekatan mereka.
Di Pantai Gigi Hiu, Rani dan Arya semakin menunjukkan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Rani dengan lincah memanjat batu-batu karang yang terjal, menjelajahi setiap sudut pantai, dan mengajari anggota kelompok cara bertahan hidup di alam bebas. Arya dengan sabar mengamati keindahan pantai, mencari sudut pandang yang unik untuk memotret formasi batu karang, deburan ombak, dan kehidupan biota laut.
Saat kelompok Rani melakukan kegiatan snorkeling di sekitar pantai, Arya yang tidak bisa berenang memilih untuk menunggu di tepi pantai sambil memotret aktivitas teman-temannya dari kejauhan. Rani menyadari bahwa Arya merasa tidak nyaman berada di air, ia menghampiri Arya dan mengajaknya untuk berjalan-jalan di sepanjang pantai mencari kerang dan biota laut lainnya.
Arya merasa senang dengan perhatian Rani. Mereka berdua berjalan-jalan di pantai, mengumpulkan kerang-kerang cantik, mengamati biota laut yang terdampar di pasir, dan bercerita tentang pengalaman masing-masing saat menjelajahi alam. Rani dengan sabar mengajari Arya tentang berbagai jenis kerang dan biota laut yang mereka temukan, menunjukkan pengetahuannya tentang biologi laut.
Saat senja tiba, Rani dan Arya duduk bersama di atas batu karang, menikmati pemandangan matahari terbenam yang memukau di Pantai Gigi Hiu. Langit berwarna jingga keemasan, ombak berdebur lembut, dan angin pantai bertiup sepoi-sepoi. Suasana romantis itu semakin mendekatkan hati Rani dan Arya.
Arya memberanikan diri menunjukkan foto-foto yang diambilnya selama di Pantai Gigi Hiu kepada Rani. Rani terpukau dengan hasil jepretan Arya yang luar biasa. Foto-foto Arya mampu menangkap keindahan pantai, suasana petualangan, dan ekspresi wajah teman-temannya dengan sangat baik. Rani memuji bakat fotografi Arya, mengatakan bahwa Arya memiliki "mata hati" yang mampu melihat keindahan yang tersembunyi di alam.
Arya tersipu mendengar pujian Rani. Ia merasa senang dan bangga karena hasil karyanya dihargai oleh Rani, perempuan yang mulai dicintainya. Arya memberanikan diri memberikan salah satu foto terbaiknya, foto potret Rani saat memanjat batu karang dengan latar belakang langit senja Pantai Gigi Hiu.
Rani menerima foto itu dengan senang hati, matanya berbinar-binar melihat fotonya yang terlihat sangat cantik dan berkarisma. Rani mengucapkan terima kasih kepada Arya, mengatakan bahwa foto itu adalah hadiah yang sangat berharga baginya.
Malam itu, di bawah tenda yang sama, Rani dan Arya semakin dekat. Mereka berbagi cerita, berbagi mimpi, dan tanpa sadar, saling mengungkapkan perasaan yang mulai tumbuh di hati masing-masing. Cinta mereka bersemi di Pantai Gigi Hiu, seindah pemandangan senja dan sekuat batu karang yang kokoh diterjang ombak.
Bab 3: Tantangan di Arung Jeram Way Besai
Eksplorer Alam tidak pernah kehabisan ide untuk petualangan seru. Kegiatan selanjutnya adalah arung jeram di Sungai Way Besai, sungai yang terkenal dengan jeram-jeramnya yang menantang adrenalin di Lampung Barat. Rani dan Arya, yang semakin mesra, tentu saja ikut serta dalam kegiatan ini.
Arung jeram Way Besai menjadi tantangan baru bagi Rani dan Arya. Rani yang pemberani dan lincah di darat, ternyata sedikit gugup saat harus mengarungi derasnya arus sungai. Arya yang lebih tenang dan analitis, justru merasa tertantang dan menikmati sensasi arung jeram yang memacu adrenalin.
Saat kelompok Rani dan Arya mengarungi jeram yang cukup besar, perahu karet mereka oleng dan hampir terbalik. Rani yang duduk di depan perahu terlempar ke sungai dan terbawa arus deras. Arya dengan sigap melompat ke sungai untuk menyelamatkan Rani, meskipun ia sendiri tidak terlalu mahir berenang di sungai deras.
Arya berhasil meraih Rani yang sudah mulai panik terbawa arus. Dengan susah payah, Arya menarik Rani kembali ke perahu karet dengan bantuan anggota kelompok lainnya. Rani selamat, namun Arya mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuhnya karena terbentur batu sungai.
Rani merasa sangat bersalah dan khawatir melihat Arya terluka karena menyelamatkannya. Ia merawat luka Arya dengan hati-hati, mengucapkan terima kasih berkali-kali, dan berjanji akan selalu menjaga Arya dalam setiap petualangan mereka. Arya tersenyum lembut, mengatakan bahwa ia tidak menyesal sedikitpun terluka demi menyelamatkan Rani, perempuan yang dicintainya.
Insiden arung jeram Way Besai semakin mempererat hubungan Rani dan Arya. Rani menyadari bahwa Arya adalah sosok yang berani dan rela berkorban demi dirinya. Arya menyadari bahwa Rani adalah perempuan yang kuat namun juga rapuh dan membutuhkan perlindungan. Cinta mereka semakin dalam dan tulus, teruji oleh bahaya dan tantangan alam.
Namun, kebahagiaan Rani dan Arya tidak berlangsung lama. Rintangan baru muncul dalam kisah cinta mereka. Rintangan itu datang dari masa lalu Rani, seorang cowok bernama Bima, mantan pacar Rani yang juga anggota senior Eksplorer Alam.
Bab 4: Bayang-Bayang Masa Lalu
Bima adalah cowok yang tampan, populer, dan memiliki jiwa petualang yang sama dengan Rani. Bima dan Rani pernah menjalin hubungan asmara saat awal bergabung dengan Eksplorer Alam, namun hubungan mereka kandas karena perbedaan prinsip dan ego masing-masing. Bima masih menyimpan rasa pada Rani dan tidak rela melihat Rani berpacaran dengan cowok lain, apalagi dengan Arya yang dianggapnya "anak baru" di Eksplorer Alam.
Saat kegiatan arung jeram Way Besai, Bima sengaja memprovokasi Arya, mencoba membuat Arya terlihat lemah dan tidak kompeten di depan Rani. Bima seringkali meremehkan ide-ide Arya, mengkritik kemampuan Arya dalam berpetualang, dan mencoba merebut perhatian Rani dengan menunjukkan kelebihannya sebagai anggota senior Eksplorer Alam.
Rani merasa tidak nyaman dengan sikap Bima yang terus menerus mengganggu hubungannya dengan Arya. Rani mencoba berbicara dengan Bima secara baik-baik, meminta Bima untuk tidak mencampuri urusan pribadinya. Namun, Bima justru semakin menjadi-jadi, bahkan mulai menyebarkan rumor negatif tentang Arya di kalangan anggota Eksplorer Alam.
Rumor yang disebarkan Bima berhasil mempengaruhi sebagian anggota Eksplorer Alam. Beberapa anggota mulai meragukan kemampuan Arya dalam berpetualang, menganggap Arya hanya memanfaatkan Rani untuk popularitas di ekskul. Rani merasa kecewa dan marah dengan sikap teman-temannya yang mudah terpengaruh oleh rumor tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
Rani dan Arya semakin tertekan dengan situasi ini. Mereka seringkali bertengkar karena masalah Bima dan rumor yang beredar. Rani merasa Arya kurang tegas dalam menghadapi Bima, sementara Arya merasa Rani terlalu sensitif dan mudah curiga padanya.
Suatu hari, saat mereka sedang bertengkar hebat di basecamp Eksplorer Alam, Bima datang menghampiri mereka dengan sikap provokatif. Bima menantang Arya untuk membuktikan kemampuan petualangnya dalam sebuah kompetisi mendaki gunung yang akan diadakan Eksplorer Alam dalam waktu dekat. Bima mengatakan bahwa jika Arya berhasil mengalahkannya dalam kompetisi tersebut, ia akan mengakui Arya sebagai cowok yang pantas untuk Rani.
Arya, yang merasa harga dirinya tertantang, menerima tantangan Bima. Rani merasa khawatir dengan keputusan Arya, karena ia tahu Bima adalah pendaki gunung yang sangat berpengalaman dan kompetitif. Rani mencoba mencegah Arya ikut serta dalam kompetisi tersebut, namun Arya sudah bulat tekadnya untuk membuktikan cintanya pada Rani dan membungkam mulut Bima.
Bab 5: Kompetisi Cinta di Puncak Gunung Krakatau
Kompetisi mendaki gunung yang diadakan Eksplorer Alam adalah pendakian Gunung Krakatau, gunung berapi aktif yang terletak di Selat Sunda. Gunung Krakatau dikenal dengan medan pendakian yang berat, cuaca yang tidak menentu, dan potensi bahaya erupsi yang selalu mengintai. Kompetisi ini bukan hanya menguji kemampuan fisik dan mental para peserta, tetapi juga menguji keberanian dan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan alam.
Rani merasa sangat khawatir dengan keselamatan Arya saat mengikuti kompetisi mendaki Gunung Krakatau. Ia tahu Arya belum memiliki pengalaman mendaki gunung berapi yang sesungguhnya, apalagi harus bersaing dengan Bima yang sudah sangat berpengalaman. Rani diam-diam mempersiapkan perlengkapan pendakian Arya, memberikan tips dan trik mendaki gunung berapi, dan selalu memberikan semangat pada Arya.
Saat hari kompetisi tiba, Rani dan Arya berangkat bersama dengan anggota Eksplorer Alam lainnya menuju Pelabuhan Canti, Kalianda, untuk menyeberang ke Pulau Krakatau. Bima juga ikut serta dalam kompetisi tersebut, dengan tatapan sinis dan seringkali mencoba mengintimidasi Arya.
Pendakian Gunung Krakatau dimulai dengan medan yang landai dan berpasir, namun semakin mendekati puncak, medan semakin terjal dan berbatu, bahkan beberapa bagian jalur pendakian tertutup oleh abu vulkanik yang licin dan berbahaya. Cuaca juga tidak bersahabat, angin kencang bertiup, debu vulkanik beterbangan, dan kabut tebal menyelimuti puncak gunung.
Bima, dengan pengalamannya, memimpin di depan, meninggalkan Arya dan peserta lainnya di belakang. Arya tidak terburu-buru, ia mendaki dengan tenang dan hati-hati, mengikuti ritmenya sendiri, sambil sesekali mengabadikan pemandangan alam Krakatau yang eksotis dengan kameranya.
Di tengah pendakian yang berat, Arya mengalami kesulitan. Ia kelelahan, dehidrasi, dan kakinya mulai terasa kram. Bima, yang melihat Arya tertinggal jauh di belakang, tersenyum sinis dan semakin mempercepat langkahnya, berusaha meninggalkan Arya dan memenangkan kompetisi.
Namun, tiba-tiba, cuaca berubah drastis. Angin bertiup semakin kencang, hujan deras mulai turun, dan petir menyambar-nyambar di sekitar puncak gunung. Kabut semakin tebal, jarak pandang sangat terbatas, dan jalur pendakian menjadi semakin berbahaya.
Bima, yang terlalu fokus pada kemenangan, tidak menyadari bahaya cuaca buruk yang datang. Ia terus mendaki tanpa memperhatikan keselamatan dirinya dan peserta lainnya. Tiba-tiba, saat Bima melewati jalur pendakian yang curam dan licin, ia terpeleset dan jatuh ke jurang yang cukup dalam.
Rani, yang berada tidak jauh dari Bima, melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Ia berteriak histeris, memanggil nama Bima, dan segera berlari menuju tepi jurang untuk melihat kondisi Bima. Arya, yang mendengar teriakan Rani, segera menyusul Rani dan melihat apa yang terjadi.
Rani dan Arya melihat Bima tergeletak tidak bergerak di dasar jurang. Rani panik dan ingin segera turun ke jurang untuk menolong Bima, namun Arya mencegah Rani, mengatakan bahwa turun ke jurang dalam kondisi cuaca buruk sangat berbahaya. Arya mengusulkan untuk meminta bantuan tim SAR terlebih dahulu dan mencoba memberikan pertolongan pertama dari atas jurang.
Arya dengan sigap menghubungi tim SAR melalui radio komunikasi, melaporkan kejadian yang menimpa Bima dan meminta bantuan evakuasi. Rani dengan cekatan memberikan pertolongan pertama pada Bima dari atas jurang, menggunakan tali dan perlengkapan medis yang ada di tas ranselnya.
Dengan kerjasama yang solid dan keberanian yang luar biasa, Rani dan Arya berhasil menyelamatkan Bima dari jurang maut. Tim SAR datang beberapa saat kemudian dan membantu mengevakuasi Bima ke tempat yang lebih aman. Bima mengalami patah kaki dan luka-luka ringan lainnya, namun nyawanya berhasil diselamatkan berkat pertolongan Rani dan Arya.
Bab 6: Cinta Sejati di Puncak Krakatau
Setelah kejadian penyelamatan Bima, kompetisi mendaki gunung Krakatau dibatalkan. Semua anggota Eksplorer Alam fokus pada keselamatan dan evakuasi Bima. Rani dan Arya menjadi pahlawan dalam kejadian ini, diakui keberanian, ketangguhan, dan kerjasama mereka dalam menyelamatkan nyawa Bima.
Bima, yang terselamatkan berkat pertolongan Rani dan Arya, menyadari kesalahannya selama ini. Ia meminta maaf kepada Rani dan Arya atas sikapnya yang provokatif dan iri hati. Bima mengakui bahwa Arya adalah cowok yang berani dan bertanggung jawab, dan ia pantas mendapatkan cinta Rani. Bima merelakan cintanya pada Rani dan merestui hubungan Rani dan Arya.
Rani dan Arya merasa lega dan bahagia karena masalah dengan Bima telah selesai. Mereka berdua semakin menyadari betapa besar cinta mereka satu sama lain, cinta yang teruji oleh tantangan alam, rintangan masa lalu, dan pengorbanan nyawa.
Saat senja tiba di Pulau Krakatau, setelah semua urusan evakuasi Bima selesai, Rani dan Arya menyempatkan diri untuk mendaki puncak Gunung Krakatau bersama-sama. Mereka ingin menikmati pemandangan matahari terbenam dari puncak gunung yang melegenda ini, sebagai simbol kemenangan cinta mereka atas segala rintangan.
Di puncak Gunung Krakatau, di bawah langit jingga keemasan yang memukau, Rani dan Arya berpegangan tangan, menatap cakrawala Selat Sunda yang luas membentang. Angin gunung bertiup sepoi-sepoi, deburan ombak terdengar sayup-sayup dari kejauhan, dan aroma belerang gunung tercium samar-samar di udara.
Arya mengambil kameranya, mengabadikan momen romantis mereka di puncak Krakatau. Ia memotret Rani dengan latar belakang matahari terbenam, menangkap ekspresi wajah Rani yang penuh cinta dan kebahagiaan. Rani tersenyum manis, merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia karena dicintai oleh Arya, cowok yang berani menyelamatkannya di arung jeram Way Besai dan membuktikan cintanya di puncak Krakatau.
Arya kemudian berlutut di hadapan Rani, mengeluarkan kotak cincin kecil dari tas ranselnya. Rani terkejut dan terharu melihat Arya berlutut di hadapannya dengan cincin di tangan.
"Rani," kata Arya dengan suara lembut namun mantap, "di puncak gunung berapi ini, di tengah keindahan alam Krakatau yang luar biasa, aku ingin mengungkapkan cintaku padamu sekali lagi. Aku mencintaimu, Rani. Maukah kamu menjadi pacarku, menjadi teman petualanganku, menjadi bidadari dalam hidupku?"
Air mata bahagia mengalir di pipi Rani. Ia mengangguk mantap, menerima cinta Arya dengan sepenuh hati. "Ya, Arya," jawab Rani dengan suara bergetar, "aku mau menjadi pacarmu, menjadi teman petualanganku, menjadi bidadari dalam hidupmu, selamanya."
Arya tersenyum lebar, memasangkan cincin di jari manis Rani, lalu berdiri dan memeluk Rani erat. Di puncak Gunung Krakatau, di bawah langit senja yang romantis, cinta Rani dan Arya bersemi sempurna. Jejak cinta mereka terukir di rimba Bukit Barisan, di pantai Gigi Hiu, di derasnya arus Way Besai, dan di puncak Gunung Krakatau. Kisah cinta mereka adalah kisah cinta anak ekskul lapangan yang penuh petualangan, tantangan, pengorbanan, dan kemenangan cinta sejati. Cinta mereka sehangat api unggun di gunung, sedalam samudra, dan seindah pemandangan alam Lampung yang mempesona.
Disclaimer :
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar