Mentari pagi di Bandar Lampung menyapa dengan kehangatan yang khas. Ini adalah hari ke-15 Ramadan, dan tim ekspedisi "Berkah Ramadan" kembali bersiap. Setelah sukses dengan sesi pertama yang berfokus pada pembagian takjil dan santunan di pelosok kota, sesi kedua ini membawa misi yang lebih menantang: menjelajahi desa-desa di pedalaman Lampung untuk memberikan bantuan pendidikan dan kesehatan.
Di bawah komando Pak Ahmad, seorang tokoh masyarakat yang penuh semangat, tim yang terdiri dari mahasiswa, relawan medis, dan beberapa jurnalis ini memulai perjalanan dengan mobil bak terbuka yang telah dimodifikasi. Di atas bak mobil, terbungkus rapi, terdapat kotak-kotak berisi buku tulis, alat sekolah, pakaian layak pakai, serta perlengkapan medis sederhana.
"Bismillah," ucap Pak Ahmad seraya menginjak pedal gas. "Semoga Allah SWT melancarkan niat baik kita di bulan yang penuh berkah ini."
Perjalanan menuju desa pertama, Desa Sinar Harapan, memakan waktu hampir tiga jam. Jalanan yang berkelok dan sebagian masih berupa tanah merah menjadi tantangan tersendiri, apalagi dengan kondisi berpuasa. Namun, semangat para relawan tak surut. Mereka saling menyemangati, berbagi cerita, dan sesekali melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran untuk menjaga kekhusyukan.
Tiba di Desa Sinar Harapan, sambutan hangat dari para warga menyambut kedatangan tim. Anak-anak kecil dengan wajah polos berlarian menghampiri mobil, sementara para ibu dan bapak berkumpul di balai desa. Setelah beristirahat sejenak dan menunaikan salat Zuhur, acara pembagian bantuan pun dimulai.
Dokter Rina, salah satu relawan medis, dengan sabar memeriksa kesehatan warga, memberikan konsultasi, dan obat-obatan sederhana. Sementara itu, para mahasiswa membantu membagikan buku dan alat tulis kepada anak-anak. Senyum cerah terpancar dari wajah mereka saat menerima hadiah tersebut.
"Terima kasih banyak, Bapak, Ibu," ujar seorang ibu dengan mata berkaca-kaca. "Bantuan ini sangat berarti bagi kami, terutama untuk pendidikan anak-anak kami."
Sore menjelang, tim ekspedisi melanjutkan perjalanan ke desa berikutnya, Desa Rimba Jaya. Di desa ini, tim tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga mengadakan kegiatan edukatif tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan di bulan Ramadan. Anak-anak diajak bermain sambil belajar, sementara para ibu mendapatkan informasi tentang gizi seimbang saat berpuasa.
Saat waktu berbuka puasa tiba, tim ekspedisi berbagi hidangan sederhana dengan para warga. Suasana kebersamaan terasa begitu hangat dan penuh kekeluargaan. Lantunan azan Maghrib yang berkumandang di tengah hutan seolah menambah kesyahduan momen tersebut.
Malam harinya, setelah menunaikan salat Tarawih berjamaah di masjid sederhana desa, tim berdiskusi tentang pengalaman hari ini. Mereka merasa terharu dan bersyukur bisa berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudara di pedalaman.
"Melihat senyum tulus anak-anak tadi, rasanya semua lelah selama perjalanan terbayar lunas," kata Andi, salah satu mahasiswa relawan.
"Benar," timpal Sarah, seorang jurnalis yang ikut dalam ekspedisi ini. "Ramadan memang bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tapi juga tentang meningkatkan kepedulian dan berbagi dengan sesama."
Keesokan harinya, tim ekspedisi melanjutkan perjalanan ke desa-desa lainnya, membawa misi kebaikan Ramadan hingga pelosok Lampung. Mereka menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang memberikan bantuan materi, tetapi juga tentang membangun jembatan persaudaraan dan menumbuhkan harapan di hati setiap orang yang mereka temui.
Di tengah teriknya matahari dan tantangan perjalanan, semangat Ramadan terus membara dalam hati setiap anggota tim. Mereka yakin bahwa setiap tetes keringat dan setiap langkah yang mereka ambil adalah bagian dari ibadah di bulan suci ini. Ekspedisi Berkah Ramadan sesi kedua ini menjadi bukti nyata bahwa kebaikan dapat menjangkau siapa saja, di mana saja, terutama di bulan Ramadan yang penuh dengan rahmat dan ampunan.
(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar