| ilustrasi hut kemerdekaan |
Desa Kencana Jaya, yang terletak di kaki Gunung Kencana dengan hamparan sawah hijau membentang luas, adalah permata tersembunyi. Di tengah keasrian itu, berdiri megah SMP Negeri 1 Kencana Jaya. Bukan sekolah biasa, arsitektur bangunannya memadukan unsur tradisional dan modern, dengan gerbang ukiran kayu jati dan halaman luas berhias taman asri. Sekolah ini adalah jantung pendidikan dan pusat kegiatan sosial desa.
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, pada bulan Agustus 2025, hiruk pikuk persiapan mulai terasa. Sejak akhir Juli, panitia inti yang terdiri dari guru dan perwakilan OSIS sudah sibuk merancang berbagai kegiatan. Pak Hasan, Kepala Sekolah yang kharismatik, memimpin rapat perdana dengan semangat membara. "HUT RI ke-80 adalah momen istimewa! Kita harus tunjukkan bahwa semangat kemerdekaan tak lekang oleh waktu, bahkan di pelosok desa ini!" serunya.
Minggu Pertama Agustus: Persiapan Fisik dan Estetika
Pagi-pagi sekali, siswa-siswi kelas VII hingga IX sudah berkumpul di sekolah, berseragam olahraga, siap menjalankan tugasnya masing-masing. Tim kebersihan sibuk menyapu halaman, membersihkan parit, dan merapikan taman yang dipenuhi bunga sepatu merah dan putih. Anak-anak OSIS dengan cekatan memasang umbul-umbul dan bendera merah putih di sepanjang jalan menuju sekolah dan di setiap sudut lingkungan sekolah. Warna merah dan putih mendominasi, kontras dengan hijaunya pepohonan dan birunya langit Kencana Jaya.
Di sisi lain, beberapa guru laki-laki bersama para ketua RT dan Karang Taruna Desa mulai mendirikan panggung utama di lapangan upacara. Tiang bambu kokoh disatukan, dihiasi kain merah putih, siap menjadi pusat pertunjukan. Sementara itu, ibu-ibu PKK desa, yang dikoordinir oleh Ibu Sumi, guru kesenian, mulai menghias aula serbaguna yang akan dijadikan lokasi bazar desa. Aroma harum masakan tradisional dan kerajinan tangan mulai terbayang-bayang di benak mereka.
Minggu Kedua Agustus: Latihan dan Penggalangan Dana Bazar
Suara terompet dan aba-aba terdengar dari lapangan. Tim Paskibra sekolah, yang terdiri dari siswa-siswi terpilih, berlatih baris-berbaris dengan disiplin tinggi di bawah terik matahari. Mereka adalah kebanggaan sekolah, dan penampilan mereka dalam upacara bendera nanti sangat dinantikan. Di pojok lain, kelompok paduan suara melantunkan lagu-lagu perjuangan, mengisi udara dengan melodi kebangsaan.
Untuk menyukseskan bazar, OSIS bersama perwakilan kelas mulai menggalang dana dan mendata produk-produk yang akan dijual. Ide ini muncul dari Pak Budi, guru ekonomi, yang ingin melatih jiwa wirausaha siswa dan memberdayakan potensi lokal. Setiap kelas diinstruksikan untuk menyumbang ide dan barang. Ada yang akan menjual kudapan tradisional buatan orang tua mereka, seperti getuk, klepon, dan lemper. Ada pula yang berkreasi dengan kerajinan tangan dari bambu dan serat alam, khas desa mereka. Beberapa siswa bahkan mencoba membuat minuman herbal dari tanaman obat yang tumbuh di sekitar desa.
Minggu Ketiga Agustus: Detik-detik Menuju Puncak Acara
Ketegangan dan semangat mencapai puncaknya. Setiap sudut sekolah dihias dengan pernak-pernik Agustusan. Lomba-lomba tradisional seperti balap karung, makan kerupuk, dan panjat pinang sudah disiapkan. Batang pinang setinggi 10 meter sudah berdiri tegak, dilumuri oli, menunggu para pemanjat berani.
Di aula, persiapan bazar semakin matang. Stand-stand sederhana dari kayu jati sudah tertata rapi. Ibu-ibu PKK sibuk menata dagangan, dari kain batik tulis, ukiran miniatur rumah adat, hingga aneka olahan pangan khas Kencana Jaya. Aroma rempah dan gorengan mulai tercium, menggoda siapa saja yang melintas. Para siswa OSIS berlatih menjadi "sales" dadakan, mempromosikan produk-produk unggulan desa.
Malam harinya, diadakan gladi bersih upacara dan seluruh rangkaian acara. Kepala Desa, Pak Slamet, turut hadir memberikan dukungan. Ia melihat binar di mata setiap anak, semangat kebersamaan yang terjalin erat antara sekolah dan masyarakat desa.
17 Agustus 2025: Puncak Perayaan dan Kemenangan Kebersamaan
Mentari pagi di tanggal 17 Agustus menyinari Desa Kencana Jaya. Udara sejuk pegunungan terasa segar. Sejak subuh, seluruh warga desa, dari anak-anak hingga lansia, sudah berbondong-bondong menuju SMP Negeri 1 Kencana Jaya. Mereka mengenakan pakaian terbaik, didominasi warna merah dan putih, siap merayakan hari kemerdekaan.
Upacara bendera berlangsung khidmat dan lancar. Tim Paskibra tampil sempurna, mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan gagah diiringi lagu "Indonesia Raya" yang dikumandangkan serentak oleh seluruh peserta upacara. Suasana haru dan bangga menyelimuti lapangan.
Setelah upacara, giliran lomba-lomba tradisional dimulai. Tawa riang dan sorak sorai pecah ketika para peserta berlomba dengan segala cara untuk mencapai garis akhir atau puncak pinang. Bapak-bapak desa bersorak saat tim panjat pinang dari Karang Taruna berhasil mencapai puncak. Ibu-ibu PKK tergelak melihat guru-guru ikut lomba makan kerupuk.
Bersamaan dengan lomba, Bazar Desa Kencana Jaya resmi dibuka. Aula sekolah berubah menjadi pasar mini yang ramai. Pembeli antre di stand jajanan tradisional, mencoba keripik singkong pedas, atau membeli kain batik. Anak-anak sekolah bersemangat menawarkan produk mereka. Pak Hasan berkeliling, bangga melihat murid-muridnya berinteraksi langsung dengan pembeli, melatih kepercayaan diri dan jiwa kewirausahaan mereka.
Sore harinya, acara ditutup dengan pentas seni di panggung utama. Siswa-siswi menampilkan berbagai tarian daerah, drama pendek tentang perjuangan pahlawan, dan lagu-lagu kebangsaan. Pak Hasan berdiri di samping panggung, menatap pemandangan di depannya: anak-anak yang berprestasi, warga desa yang bersatu, dan bendera merah putih yang berkibar gagah di atas gedung sekolah megah mereka.
HUT RI ke-80 di SMP Negeri 1 Kencana Jaya bukan hanya sekadar perayaan, tapi bukti nyata kebersamaan, semangat gotong royong, dan cinta tanah air yang tak pernah padam di Desa Kencana Jaya. Mereka telah membuktikan, kemegahan sejati bukan hanya pada bangunan fisik, tetapi pada hati yang bersatu padu untuk satu tujuan: menjaga dan mengisi kemerdekaan.
Disclaimer :
(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar