Welcome

<< IPS Papi Ijal>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Selasa, 18 April 2023

3.1.a.9. Aksi Nyata - Modul 3.1

Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah

 

Sahabat guru hebat,

Aksi nyata ini dilakukan untuk mewujudkan arti dari pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam kegiatan diawali dengan demonstrasi kontekstual pada modul 3.1 dengan mengeksplorasi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya sebagai calon guru pengerak (CGP) diminta untuk membuat portofolio digital tindakan nyata. Portofolio yang dibuat disusun dengan menggunakan metode berpikir 4P, yaitu peristiwa, perasaan, pembelajaran dan Perubahan/ Penerapan ke depan.

 

Sahabat guru hebat,

 

          I.       PERISTIWA ( FACTS) 

Pengambilan keputusan merupakan satu bagian dari kegiatan yang tidak terpisahkan dari SMP Al azhar 3, baik itu oleh Kepala sekolah, maupun guru.  Secara faktual menunjukkan bahwa masih ada guru yang belum memahami perbedaan antara bujukan moral dan dilema etika. Terlebih lagi banyak yang belum memahami langkah yang tepat dalam mengambil keputusan. Ada pula beberapa keputusan yang diambil termasuk dalam kategori tidak adil atau tidak mengakomodir berbagai pihak. Sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman warga sekolah mengenai pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan memahami kondisi tersebut, saya pun berusaha menyusun langkah strategis.

 

v  Pertama, berkoordinasi dan Sosialisasi bersama kepala sekolah

Dalam melakukan aksi nyata  ini sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab saya sebagai seorang guru terhadap kepala sekolah sebagai pimpinan. Hasil dari aksi nyata tersebut merupakan adanya dukungan dari Kepala Sekolah untuk melaksanakan rangkaian aksi nyata pengambilan keputusan.

 

v  Kedua, analisis terhadap kasus terkini di sekolah

(bersama guru BK dan siswa terkait permasalahan pembelajaran)

Analisa masalah merupakan cara untuk menguatkan pemahaman tentang pengambilan keputusan, hal ini membutuhkan penguatan secara langsung di sekolah. Hasil dari kegiatan aksi ini adalah tersusunnya analisis kasus yang terjadi di sekolah yaitu pengambilan keputusan yang kurang terakomodasi dalam mendapatkan kepuasan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa agar lebih giat sekolah/belajar, dan juga mensinkronkan dengan guru BK sebagai wadah dalam pelayanan konseling siswa yang kurang antusias atau malas sekolah. Dalam analisis ini, saya berusaha menggali informasi dari kedua belah pihak yaitu siswa dan BK dalam waktu yang berlainan dengan harapan dapat terselesaikan masalah yang ada dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar dengan menggunakan pertanyaan berbobot.

 

v  Ketiga, Menyusun Materi Diseminasi / pengimbasan di sekolah bersama rekan sejawat dan komunitas

 Kegiatan ini saya lakukan untuk diseminasi/pengimbasan, materi dibuat dengan sederhana yang  merupakan ringkasan materi modul 3.1. Studi kasus dalam materi akan saya sesuaikan dengan kasus nyata yang ada di sekolah saya. Dengan tujuan  agar materi lebih dekat dan memberikan kemudahan kepada rekan sejawat untuk menjalani proses belajarnya. Hasil aksi ini adalah tercipta dan tersusunnya materi diseminasi terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah.

 

v  Keempat, Melakukan Transfer Pengetahuan dalam mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah

Langkah awal, saya akan melakukan diseminasi/pengimbasan materi terhadap komunitas pendidikan yang ada disekitar saya. Tujuannya adalah untuk memudahkan koordinasi dengan rekan sejawat. Hasil dari aksi nyata ini adalah meningkatnya pemahaman dan keterampilan rekan sejawat dan komunitas pendidikan dalam pengambilan keputusan.

 

v  kelima, melakukan pendampingan terkait dengan perkembangan pembelajaran di sekolah 

Kegiatan pendampingan ini saya lakukan berdasarkan pengamatan dilapangan, yaitu adanya rekan sejawat sedikit kesulitan dalam mengkondisikan kelasnya serta terlihat siswa yang kurang antusias dalam megikuti proses pembelajaran, seperti malas belajar, sering keluar masuk kelas saat kegiatan belajar bahkan terdata sering tidak masuk sekolah.  Sehinga aksi pertama yang saya lakukan adalah mencoba menggali informasi yang tejadi dilapangan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Setelah menggali informasi yang didapat adalah pembelajaran yang sedikit tidak inovatif dan mediatif dalam pembelajaran yang modern.

 

Dalam menyikapi aksi ini, saya mencoba memberikan umpan balik terkait implementasi hal tersebut ke pembelajaran, yaitu meberikan solusi dan saran berupa penggunaan pembalajaran yang inovatif dan kreatif serta mediatif seperti menggunakan canva, audio visual serta beragam media yang sesuai zaman. Dengan adanya solusi dan saran ini rekan sejawat saya memulai dengan runtun dan berkomitmen untuk memulai perubahan dalam dirinya dalam menjalankan tugasnya. Dalam perubahan ini memberikan satu perubahan berupa perubahan mindset, selalu mengupgrade diri, memulai terampil menggunakan teknologi, luwes dalam bertugas, menguasai 4C serta refleksi diri memberikan hasil yang baik dalam proses pembelajar.

 

        II.       PERASAAN ( FEELINGS )

Dalam melakukan aksi nyata modul 3.1. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran pertama yang saya pikir akan sangat sulit. Terutama saat membuka komunikasi diawal terkait pelaksanaan kegiatan. Melalui kolaborasi, tindakan nyata dapat dilaksanakan dengan baik. Saat melaksanakan kegiatan ini, perasaan saya lebih nyaman dan tenang karena sudah terencana sesuai dengan harapan. Setelah aksi nyata berakhir, sayapun merasa senang saat ditantang untuk mempertahankan dan meningkatkan pemahaman diri dan teman sejawat mengenai pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah.

 

      III.       PEMBELAJARAN ( FINDINGS)

Banyak pelajaran baru dalam perubahan yang telah saya lakukan dalam mengikuti program ini, baik untuk pribadi maupun diri sendiri.  Salah satu praktik baik untuk diri sendiri adalah bahwa awal yang baik untuk perubahan adalah kolaborasi dan komunukasi. Dari kolaborasi, kita belajar untuk menyamakan persepsi dengan menyusun tahapan perubahan. Praktik baik  lainnya adalah terkait dengan langkah strategis ketika munculnya kendala dari rencana yang telah tersusun. Adapun hambatan di luar rencana menyebabkan rencana berubah, maka  penting untuk mempersiapkan alternatif strategi dalam pelaksanaan tindakan nyata. Semua dukungan dari teman sejawat sangat mempengaruhi dari kesuksesan rencana yang dibuat.

 

      IV.       PENERAPAN KE DEPAN ( FUTURE )

Sebuah perubahan nyata yang ada pada diri sendiri, yaitu ketika tumbuhnya semangat dalam mempererat kerjasama dalam bentuk kolaborasi bersama orang lain dalam membentuk pembelajaran yang lebih baik. Hal ini sangat penting dalam kaitannya dengan implementasi tindakan perubahan di masa depan. Serta peningkatan rasa optimisme tentang kompetensi diri disegi pengambilan keputusan. Akan sangat  berdampak nyata pada keputusan yang dibuat di masa mendatang mengenai peran dari pemimpin pembelajaran. Adapun perubahan lainnya yang timbul yaitu tumbuhnya sebuah komitmen untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik di sekolah 

Kamis, 13 April 2023

3.1.a.8.1. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

 

Saya Aprizal, Calon
Guru Penggerak Angkatan 7 tahun dari Kota Bandar Lampung, saat ini saya mengajar di SMP Al Ahar 3 Bandar Lampung. Dalam kesempatan ini saya akan membuat Blog Koneksi Antar Materi tentang Modul 3.1 yaitu Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Seorang Pemimpin.

Sahabat guru hebat,

Dalam modul 1.1 filosofi pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Di dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin perubahan dalam pendidikan  (dalam hal ini adalah guru) harus menerapkan sistem among (menuntun yang menjadi tuntunan) agar mampu mendorong tumbuh kembangnya potensi siswa yang memiliki kodrat yang berbeda-beda.

Seorang pemimpin perubahan dalam pendidikan (guru) harus selalu dan teguh berpedoman pada Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Hubungannya dengan pengambilan keputusan, seorang pemimpin (guru) harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat, arif, bijaksana, dan berpihak kepada siswanya. Seorang pemimpin perubahan dalam pendidikan (guru) harus mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya yakni siswa, seorang pemimpin  harus mampu membangun semangat orang-orang yang dipimpinnya, dan seorang pemimpin perubahan dalam pendidikan harus mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya  untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki siswa. 

 

Dalam mengambil sebuah keputusan seorang pemimpin perubahan dalam pendidikan harus selalu menyelaraskan dengan visi dan misi yang telah disusun dan disepakati bersama oleh unsur yang ada di sekolah, supaya yang diputuskan jelas dan terarah. terutaman dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid sehingga terwujud merdeka belajar yang seutuhnya sesuai harapan bersama.

 

Sahabat guru hebat,

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, sering dihadapkan dalam situasi di mana Anda diharuskan mengambil suatu keputusan. Akan tetapi seberapa sering keputusan tersebut melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang sama-sama merasa benar, tetapi bertentangan satu dengan yang lain?. 

 

Dalam pengambilan sebuah keputusan akan ada dua hal yang kita temui yaitu bujukan moral dan dilema etika. Soo,  adakah  perbedaan keduanya itu?.

Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. 

Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.

 

Jadi, dari pengalaman bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang dirasa dan harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan yang mendasari serta bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Secara umum dan luas ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan, yaitu :

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang melandasinya. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu. 

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan  (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, haruslah memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis dan tidak merugikan satu sama lain.

 

Sahabat guru hebat,

Ada  9 langkah yang telah disusun untuk memandu dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan dalam merumuskan keputusan. Berikut sembilan langkah tersebut:

1.      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.      Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6.      Melakukan Prinsip Resolusi.

7.      Investigasi Opsi Trilema.

8.      Buat Keputusan.

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

Selain menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan diatas, bisa menerapkan teknik coaching di dalam pengambilan keputusan. Melalui teknik coaching ini kita dapat memunculkan potensi-potensi yang kita miliki untuk dapat menyelesaikan situasi dilema etika yang kita alami. 

Sahabat guru hebat,

Demikianlah tugas modul 3.1.a.8 tentang koneksi antar materi modul pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat saya simpulkan berdasarkan pemahaman penulis dan semoga menjadi suatu referensi bagi kita untuk mengambil keputasan yang bijaksana.

 

Semoga bermanfaat.

                               

                 @patihijal

                 https://sites.google.com/view/patihaprizal/beranda

                #suhartogratia

                #cgpangkatan7

                #aprizalcgp7

                #janganlupabahagia

Rabu, 12 April 2023

Jurnal Dwimingguan ke 6 : Modul 2.2 Pembelajaran Sosial-Emosional

 

Jurnal Dwimingguan ke 6

Tanggal 4 maret  2023

Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Aprizal, S. Pd

Modul 2.2  Pembelajaran Sosial-Emosional

 

Salam Guru Penggerak

Tergerak

Bergerak

Menggerakkan

 

Semoga senantiasa diberikan kesehatan, keberkahan, kelancaran serta mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

 

Sahabat guru penggerak,

 

Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). 

 

Refleksi yang dimulai bukan hanya  sekadar menuliskan kembali pengetahuan yang didapat. Namun lebih dari hal tersebut,  materi perlu dikaitkan dengan proses yang terjadi dalam diri.  

 

Refleksi dapat bermakna sebagai pembelajaran yang jujur dan mendalam. Tidak hanya pengalaman dan pemikiran positif yang bisa ditulis dan dipelajari. Tetapi, sertakan emosi dalam menuliskan refleksi tersebut. Roda emosi Plutchik akan  memberikan gambaran betapa kayanya perasaan yang manusia rasakan.

 

Pada Modul 2 tugas selanjutnya seorang Calon Guru Penggerak Angkatan 7 adalah merefleksikan hasil dari kegiatan di LMS dalam bentuk jurnal refleksi dwimingguan. Jurnal Refleksi Minggu ke-6 ini membahas materi pada Modul 2.2 bertema Pembelajaran Sosial-Emosional. Refleksi digunakan sebagai media untuk mendokumentasikan, menyampaikan dan menggambarakan perasaan, gagasan dan pengalaman serta berbagi praktik baik yang telah dilakukan. Model refleksi yang akan digunakan Model 4F (Facts,Feelings, Findings, Future).

 

Berikut penjabaran refleksi terkait pembelajaran modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional

 

Facts (Peristiwa)

 

Kegiatan pembelajaran pada program guru penggerak menggunakan alur "MERDEKA", calon guru penggerak akan melalui tahapan Mulai Diri yang mengukur pengetahuan awal CGP terkait materi yang akan dipelajari. Tahap demi tahap dilalui secara berurutan sehingga materi dapat dipelajari dan dipahami secara maksimal dan utuh. Kegiatan pembelajaran pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional PSE ini memasuki tahap akhir. Saya mengikuti kegiatan Ruang kolaborasi bersama Fasilitator  dan sesama CGP lainnya.

 

Dalam rencana aksi nyata, saya membuat RPP yang terintegrasi dalam pembelajaran berdiferensiasi dan PSE. Pada  elaborasi pemahaman, saya mendapat  tambahan informasi dan contoh-contoh yang menguatkan pemahaman pada PSE. 

 

Saat kegiatan membuat koneksi antar materi, saya mencermati  materi PSE, video, tugas ruang kolaborasi, dan RPP yang dibuat, yang menghasilkan gambaran lengkap mengenai PSE serta kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi.

 

Feelings (Perasaan)

 

Upaya penerapan Kompetensi Sosial dan Emosional dalam sesi pembelajaran di kelas merupakan hal baru bagi saya, sesekali pernah melakukan teknik STOP untuk meningkatkan kesadaran penuh. Dalam merencanakan aksi nyata di kelas, pada awalnya saya merasa ragu untuk menerapkan KSE serta dimulai dari mana.

 

Dalam menghadapi keragu-raguan tersebut, saya membaca beberapa contoh penerapan KSE di kelas, dan berdiskusi dengan rekan CGP. Hal  tersebut membuat saya merasa lebih siap, tidak ragu untuk menerapkan KSE di kelas. 

 

Dengan antusias ketika mengikuti alur pembelajaran di modul PSE, dan bersemangat untuk menerapkan KSE dalam pembelajaran di kelas.

 

Findings (Pembelajaran)

 

Pembelajaran minggu ini membuat saya lebih memahami PSE. Saya mendapatkan inspirasi berupa contoh-contoh yang dapat saya modifikasi dan adaptasi untuk diterapkan di sekolah saya.  

 

Saya juga sudah mencoba praktik teknik STOP bersama siswa selama pembelajaran. Melalui proses pembelajaran ini, saya menyadari bahwa KSE sangat diperlukan oleh guru untuk melakukan berbagai kegiatan dan untuk mengoptimalkan potensi siswa yang terpendam.

 

Future (Penerapan)

 

Saya dapat mengenali perasaan melalui mempelajari modul PSE,, mengelola diri, memahami orang lain, dan membangun komunikasi, serta mengambil keputusan dengan lebih baik. Sehingga kedepannya saya akan lebih mampu melaksanakan pembelajaran, kegiatan sekolah, kegiatan di masyarakat, dan di keluarga dengan lebih baik, responsive, dan bertanggung jawab. 

 

Melalui integrasi dalam pembelajaran, membelajarkan secara eksplisit, dan mempengaruhi pola pikir siswa.  Menerapan KSE, siswa menjadi orang yang mampu dalam menghadapi masalah, menemukan solusi atas masalahnya, dan menjadikan siswa berkarakter lebih  baik.

 

Demikian refleksi dwimingguan modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional, semoga bermanfaat untuk kita semua dalam mencerdaskan generasi bangsa di masa mendatang sebagai penuntun mereka membentuk karakter dan mengembagkan kodrat yang ada.

 

Salam guru Penggerak.

 

#janganlupabahagia    #GuruBergerakIndonesiaMaju       #Calongurupenggerak


Jurnal Dwimingguan ke 5 : Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan Belalajar Siswa

 

Jurnal Dwimingguan ke 5

Tanggal 18 Februari 2023

Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Aprizal, S. Pd

Modul 2.1  Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan Belalajar Siswa

 

 

Salam Guru Penggerak

Tergerak

Bergerak

Menggerakkan

 

Sahabat guru penggerak,

Pada Modul 2 tugas selanjutnya seorang Calon Guru Penggerak Angkatan 7 adalah merefleksikan hasil dari kegiatan di LMS dalam bentuk jurnal refleksi dwimingguan. Jurnal Refleksi Minggu ke-5 ini membahas materi pada Modul 2.1 bertema Pembelajaran Berdiferensiasi. Refleksi ini ditulis sebagai media untuk mendokumentasikan, menyampaikan dan menggambarakan perasaan, gagasan dan pengalaman serta berbagi praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi menggunakan Model 4F (Facts,Feelings, Findings, Future).

 

Facts (Peristiwa)

 

Setelah mempelajari modul 2 yang diawali dengan pre-test dengan soal sebanyak 30 soal, kendala dalam mengerjakan pre test ini adalah belum memiliki persiapan yang matang serta situasi kondisi sekolah sedang ada kegiatan tahunan. Pembelajaran menggunakan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Mulai dari diri sendiri merupakan awal untuk mempersiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep pemikiran dari modul yang sudah dipelajari, berdiskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi dan saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri CGP menyusun RPP berdiferensiasi yang akan diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator. Mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat keterkaitan antar materi sebelumnya yang telah dipelajari, dan diakhiri dengan aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang sudah dibuat oleh CGP sendiri dengan ditandatangani oleh Kepala Sekolah di sekolah  CGP.

 

Feelings (Perasaan)

Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat penasaran karena sebagai guru harus memberlakukan siswa sesuai dengan karakteristiknya yang berbeda-beda. Selama ini saya sebagi CGP hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga saya hanya mengejar ketercapaian dan  ketuntasan materi. Sehingga memberikan efek  yang mengabaikan bahwa ada banyak keragaman dalam kebutuhan belajar siswa dalam satu kelas. Keberagaman ini sesuai dengan nilai-nilai filosofi dari KHD tentang belajar adalah menuntun siswa mencapai tujuan, dan tentunya guru tidak dapat  memaksa setiap siswa  untuk melewati jalan dan cara yang sama untuk  mencapai tujuannya, namun guru lebih ditugaskan untuk dapat memfasilitasi siswa dengan berbagai jalan alternatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 

 

Findings (Pembelajaran)

 

Pembelajaran berdiferensiasi didesain supaya guru dapat  melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan tuntutan gaya belajar siswa. Guru harus memiliki kepekaan dan simpati dalam merespon semua kebutuhan belajar siswa, hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan : bagaimana kesiapan belajar siswa, bagaimana minat siswa terhadap materi pembelajaran kita, dan seperti apa profil belajar siswa. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, guru harus tetap  memperhatikan dan memiliki strategi : diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Serta proses penilaiannya, guru akan menggunakan penilaian berjenjang. Dengan harapan bahwa semua siswa bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga situasis dan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman pun akan didapatkan siswa dalam proses belajarnya di sekolah.

 

Future (Penerapan)

Pembelajaran berdiferensiasi dapat diselenggarakan secara aktif dan efektif, maka diperlukan  pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan kesiapan, minat dan profil belajar siswa, agar guru dapat menentukan perbedaan konten, proses, serta produk dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu indikator kesuksesan seorang guru bisa dilihat dari perubahan perilaku atau pemahaman akademik para peserta didiknya. Setiap peserta didik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga guru akan menggunakan Asesmen diagnostik non kognitif. Tujuan asesmen diagnostic non kognitif adalah untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional dari siswa sebelum memulai pembelajaran yang lebih menekankan pada kesejahteran psikologis dan emosi, serta untuk menilai aktivitas peserta didik selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan kondisi keluarganya. Data pemetaan bisa diperoleh dari data siswa pada tahun/semester sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara dengan sesama rekan guru dan wali siswa. Bagi saya ini merupakan pengetahuan baru, sehingga dalam prakteknya butuh proses dan terus belajar. Semoga apa yang saya pelajari  dapat berkontribusi dalam transformasi pendidikan di Indonesia, sebagaimana siswa menjadi aset yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini.

 

Salam guru Penggerak.

 

#janganlupabahagia

#GuruBergerakIndonesiaMaju

#Calongurupenggerak

Senin, 10 April 2023

P21 Pengakuan kedaulatan Indonesia

 Senin - Jumat ,  10 - 14  April 2023

Aprizal

IPS

 

IX. A  Selasa  78 Rabu   78

IX. B   Selasa  45 Jumat 45

IX. C  Kamis   34 Jumat  23

IX. D  Senin   56 Selasa   12

IX. E  Selasa  910 Rabu  910

IX. F  Senin    12 Rabu    12




  KD   3.4. Menganalisis kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang (geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari  awal kemerdekaan sampai awal reformasi.

 

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah siswa mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :

·         Menjelaskan perubahan dan kesinambungan (geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) masyarakat Indonesia pada masa awal kemerdekaan, proklamasi kemerdekaan RI, peristiwa heroik sekitar proklamasi, proses pengakuan kedaulatan

 

Materi

 

Proses Pengakuan Kedaulatan

Pengakuan kedaulatan Indonesia melalui serangkaian peristiwa yang panjang. Setelah melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia kembali kedatangan sekutu dan NICA (Belanda). Kedatangan Belanda ingin mengusik dan menjajah kembali bangsa Indonesia.

Tentu bangsa Indonesia tidak tinggal diam, bangsa Indonesia dengan segenap usaha mempertahankan kemerdekaan baik melalui diplomasi ataupun senjata. Setelah rangkaian peristiwa yang panjang, pengakuan kedaulatan Indonesia diadakan melalui Konferensi Meja Bundar (KMB).

Sebelum KMB diadakan, telah berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia yaitu:

·  Perjanjian Linggarjati (1947).

·  Perjanjian Renville (1948).

·  Perjanjian Roem Royen (1949).

Hingga akhirnya diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949 di Den Haag. Tujuan KMB yaitu untuk menyelesaikan masalah antara Indonesia dan Belanda menyangkut penyerahan kekuasaan dan pengakuan kedaulatan politik pemerintah Belanda ke Indonesia. Isi rumusan KMB yaitu:

1)    Kerajaan Belanda menyerahkan sepenuhnya kedaulatan Indonesia tanpa syarat dan tidak dapat dicabut, dan karenanya mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

2)    Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan atas dasar ketentuan-ketentuan dalam konstitusinya. Rancangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Kerajaan Belanda.

3)    Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnya pada 30 Desember 1949.

Hasil KMB ialah Belanda menyerahkan sepenuhnya kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) secara resmi pada tanggal 27 Desember 1949.  RIS merupakan pemerintahan sementara yang dibentuk dimana Ir. Soekarno menjadi presiden dan Mohammad Hatta menjadi perdana menteri.

Penyerahan kedaulatan Belanda kepada Indonesia dilakukan oleh Perdana Menteri Willem Drees kepada Perdana Menteri Mohammad Hatta.

P e m b a h a s a n   m a t e r i

Masa kemerdekaan Indonesia adalah puncak perjuangan bangsa dalam menghadapi berbagai ketidakadilan yang telah lama berlangsung di nusantara. Proses kemerdekaan ini tidaklah mudah dan singkat. Berbagai pergolakan terjadi dalam segala bidang. Bagaimana keadaan masa kemerdekaan di Indonesia? Simak berbagai pemaparan dan penjelasannya di bawah ini.

1.     Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia tentunya dapat terjadi melalui peristiwa proklamasi kemerdekaan. Teks Proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh oleh ir. Soekarno di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Mengapa perlu proklamasi kemerdekaan? Bagaimana maknanya bagi kehidupan bangsa Indonesia pada masa sekarang? Berikut adalah pemaparan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut.

A. Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Menjelang akhir tahun 1944, posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik semakin terdesak. Satu demi satu daerah jajahannya jatuh ke tangan pasukan Sekutu. Untuk membantu menghadapi Sekutu, Jepang mencari dukungan kepada bangsa-bangsa yang diduduki dengan memberikan janji kemerdekaan.