Jurnal Dwimingguan ke 5
Tanggal 18 Februari 2023
Calon Guru Penggerak Angkatan 7
Aprizal, S. Pd
Modul 2.1 Pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan Belalajar Siswa
Salam Guru Penggerak
Tergerak
Bergerak
Menggerakkan
Sahabat guru penggerak,
Pada Modul 2 tugas selanjutnya seorang Calon Guru Penggerak Angkatan 7
adalah merefleksikan hasil dari kegiatan di LMS dalam bentuk jurnal refleksi
dwimingguan. Jurnal Refleksi Minggu ke-5 ini membahas materi pada Modul 2.1
bertema Pembelajaran Berdiferensiasi. Refleksi ini ditulis sebagai media untuk
mendokumentasikan, menyampaikan dan menggambarakan perasaan, gagasan dan
pengalaman serta berbagi praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi
menggunakan Model 4F (Facts,Feelings, Findings, Future).
Facts (Peristiwa)
Setelah mempelajari modul 2 yang diawali dengan pre-test dengan soal
sebanyak 30 soal, kendala dalam mengerjakan pre test ini adalah belum memiliki
persiapan yang matang serta situasi kondisi sekolah sedang ada kegiatan
tahunan. Pembelajaran menggunakan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri,
Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi
pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Mulai dari diri sendiri merupakan
awal untuk mempersiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru pada modul 2.1,
kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep pemikiran dari modul yang sudah
dipelajari, berdiskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan
kesamaan persepsi dan saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana
pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri CGP menyusun RPP berdiferensiasi yang
akan diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator.
Mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat
keterkaitan antar materi sebelumnya yang telah dipelajari, dan diakhiri dengan
aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang
sudah dibuat oleh CGP sendiri dengan ditandatangani oleh Kepala Sekolah di
sekolah CGP.
Feelings (Perasaan)
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat penasaran
karena sebagai guru harus memberlakukan siswa sesuai dengan karakteristiknya
yang berbeda-beda. Selama ini saya sebagi CGP hanya berfokus pada ketercapaian
materi kurikulum, sehingga saya hanya mengejar ketercapaian dan ketuntasan materi. Sehingga memberikan efek yang mengabaikan bahwa ada banyak keragaman dalam
kebutuhan belajar siswa dalam satu kelas. Keberagaman ini sesuai dengan
nilai-nilai filosofi dari KHD tentang belajar adalah menuntun siswa mencapai
tujuan, dan tentunya guru tidak dapat memaksa setiap siswa untuk melewati jalan dan cara yang sama untuk mencapai tujuannya, namun guru lebih
ditugaskan untuk dapat memfasilitasi siswa dengan berbagai jalan alternatif
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran berdiferensiasi didesain supaya guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu
mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan tuntutan gaya belajar siswa. Guru
harus memiliki kepekaan dan simpati dalam merespon semua kebutuhan belajar siswa,
hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan :
bagaimana kesiapan belajar siswa, bagaimana minat siswa terhadap materi
pembelajaran kita, dan seperti apa profil belajar siswa. Kemudian dalam
kegiatan pembelajaran, guru harus tetap memperhatikan dan memiliki strategi :
diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Serta proses
penilaiannya, guru akan menggunakan penilaian berjenjang. Dengan harapan bahwa semua
siswa bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga situasis dan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman pun akan
didapatkan siswa dalam proses belajarnya di sekolah.
Future (Penerapan)
Pembelajaran berdiferensiasi dapat diselenggarakan secara aktif dan efektif,
maka diperlukan pemetaan kebutuhan
belajar siswa berdasarkan kesiapan, minat dan profil belajar siswa, agar guru
dapat menentukan perbedaan konten, proses, serta produk dalam kegiatan
pembelajaran. Salah
satu indikator kesuksesan seorang guru bisa dilihat dari perubahan perilaku
atau pemahaman akademik para peserta didiknya. Setiap peserta didik memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga guru akan menggunakan Asesmen
diagnostik non kognitif. Tujuan
asesmen diagnostic non kognitif adalah untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi
emosional dari siswa sebelum memulai pembelajaran yang lebih menekankan pada
kesejahteran psikologis dan emosi, serta untuk menilai aktivitas peserta didik
selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan kondisi keluarganya. Data pemetaan bisa diperoleh dari data siswa pada tahun/semester
sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara dengan sesama
rekan guru dan wali siswa. Bagi saya ini merupakan pengetahuan baru, sehingga
dalam prakteknya butuh proses dan terus belajar. Semoga apa yang saya
pelajari dapat berkontribusi dalam
transformasi pendidikan di Indonesia, sebagaimana siswa menjadi aset yang kelak
menjadi pemimpin bangsa ini.
Salam
guru Penggerak.
#janganlupabahagia
#GuruBergerakIndonesiaMaju
#Calongurupenggerak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar