Welcome

<< Mulai dengan cerita yang menarik>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Senin, 27 Oktober 2025

Langkah Pertama Menuju Baitullah

 


Pagi itu, langit Bandar Lampung masih bertabur sisa embun ketika Patih Ijal berdiri di depan rumahnya, menatap koper yang tersusun rapi di teras. Angin pagi berhembus lembut, membawa aroma basah tanah dan harapan baru. Hari ini, perjalanan suci yang telah lama dinantikan akhirnya tiba — perjalanan menuju Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah.

Di sampingnya, sang istri tercinta, Eva, sibuk memastikan semua dokumen dan perlengkapan tersimpan dengan rapi. Di belakang mereka, tiga anak mereka — Krisn, Kekey, dan Adit — berdiri dengan wajah yang bercampur antara gembira dan haru. Sementara itu, kedua orang tua Patih Ijal duduk di kursi bambu di teras, senyum mereka hangat, meski mata mereka tampak berkaca-kaca.

“Hati-hati di sana, Nak,” ujar sang ayah pelan.
“Doakan kami di depan Ka’bah,” sambung ibunya dengan suara bergetar.

Patih Ijal mencium tangan mereka satu per satu, menahan getar di dada. Ada sesuatu yang sulit diucapkan dengan kata-kata — rasa haru, syukur, sekaligus rindu yang sudah menjemput sebelum berpisah

Menuju Bandara

Perjalanan menuju bandara diiringi lantunan lembut shalawat dari radio mobil. Jalanan pagi itu terasa berbeda — seolah setiap tikungan, setiap pohon, ikut menyaksikan langkah menuju rumah Allah. Eva duduk di sampingnya, menggenggam tangan suaminya erat.
Anak-anak di kursi belakang sesekali bertanya polos,

“Abi, nanti di Mekkah bisa lihat Ka’bah langsung?”
“Bisa, Nak,” jawab Patih Ijal sambil tersenyum, “itu rumah Allah yang jadi arah salat kita setiap hari.”

Setibanya di bandara, suasana ramai oleh rombongan jamaah lain. Ada yang berseragam putih, ada pula yang membawa koper bertuliskan nama kelompoknya. Doa-doa dan salam perpisahan bersahut-sahutan. Patih Ijal memeluk keluarganya sekali lagi. Krisn, si sulung, berusaha tegar meski matanya sembap. Kekey menggenggam tasbih kecil yang dibelikan sang ayah, sementara Adit melambaikan tangan tanpa henti.

“Abi harus janji ya, kirim foto Ka’bah buat Adit,” katanya polos.
“Pasti, Nak. Dan nanti, kita ke sana sama-sama, insyaAllah.”

 

Penerbangan Menuju Jeddah

Begitu pesawat mengudara, Patih Ijal menatap jendela. Awan-awan putih berarak seperti sajadah panjang yang menuntunnya menuju kiblat sejati. Dalam diam, ia berdoa — bukan hanya untuk keselamatan perjalanannya, tapi juga untuk keluarganya yang ia tinggalkan sementara.

“Ya Allah, jadikan perjalanan ini bukan sekadar perpindahan tempat,
tetapi perjalanan hati yang menumbuhkan iman.”

Beberapa jam kemudian, pengumuman dari pramugari menggema: pesawat akan segera mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Hatinya bergetar. Inilah tanah tempat para nabi berpijak, tempat jutaan manusia menumpahkan doa dan air mata. Ketika pesawat menembus langit Jeddah yang keemasan oleh cahaya senja, Patih Ijal menunduk. Sujud syukur terbit dari relung hatinya.


Tiba di Tanah Suci

Begitu kaki menjejak tanah Arab, udara panas dan kering menyambut. Tapi di balik terik itu, ada kesejukan batin yang tak terlukiskan. Setiap langkah terasa bermakna. Ia tahu, ini baru hari pertama — awal dari perjalanan rohani yang panjang dan penuh makna.

Malam itu, di hotel tempat rombongan singgah, Patih Ijal duduk di tepi jendela, memandang lampu-lampu kota Jeddah yang berkilau. Ia menulis pesan singkat untuk keluarganya:

“Alhamdulillah, Abi sudah tiba dengan selamat.
Tanah ini terasa asing tapi menenangkan.
Doakan Abi bisa segera bertemu Ka’bah dan menyebut nama kalian dalam setiap doa.”

Eva membalas dengan cepat:

“Kami semua bangga padamu. Semoga Allah lancarkan setiap langkahmu, Abi.”

Patih Ijal tersenyum. Ia tahu, perjalanan sejati bukan hanya dari rumah ke Tanah Suci,
tetapi dari hati yang biasa menuju hati yang kembali kepada Allah. 


Nilai Literasi dan Pesan Moral

Cerita ini mengajarkan:

  • Makna perjalanan spiritual bukan hanya fisik, tapi juga batin.

  • Pentingnya doa dan dukungan keluarga dalam setiap langkah hidup.

  • Setiap ibadah adalah proses mendidik hati untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta.


Disclaimer :

(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)

Tidak ada komentar: