Welcome

<< IPS Papi Ijal>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Rabu, 12 Juni 2024

Koneksi Antar Materi - Pendidikan yang Memerdekakan

 

Durasi: 1 JP
Moda: Asinkronus

Setelah Anda mempelajari praktik Pendidikan yang Memerdekakan, Anda diminta untuk menyampaikan isu terkait pemahaman dan penerapan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan yang terjadi di sekolah tempat Anda bekerja dengan menjawab pertanyaan berikut:

 

1.   Ceritakan hal hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan?

2.   Hal-hal yang tidak selaras terkait praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan yang dirasa perlu diubah atau dikembangkan bahkan dihilangkan?

 

 

Hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang  memerdekakan di kelas saya adalah

ü  Membuat kesepakatan kelas di setiap awal pembelajaran,

membuka ruang diskusi kepada semua murid untuk memberikan komentar apa yang baik kita lakukan supaya capaian pembelajaran tercapai

ü  Selalu mengadakan refleksi di akhir pembelajaran supaya dapat menjadi ajang evaluasi perbaikan metode

ü  Mengadakan pembelajaran diferensiasi sehingga dapat belajar sesuai dengan minat dan bakat peserta didik

ü  Mengadakan projek kolaborasi dengan guru mata pelajaran lain, melatih murid untuk bisa mandiri dalam pengerjaan proyek dan berkolaborasi dengan rekan sekelasnya.

ü  Pembelajaran yang materinya kotekstual yang  disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan kondisi yang sedang  berkembang. Selain itu, materi-materi itu secara faktual atau yang kira kira sedang dialami oleh perkembangan murid itu sendiri. Pembelajaran yang mementingkan pada kebutuhan belajar murid. Kebutuhan tersebut  meliputi kesiapan belajar murid, minat belajar murid, dan profil murid.

ü  Menggunakan Beragam Metode dan Teknik Pembelajaran 

Dalam memenuhi setiap kebutuhan belajar murid, guru harus mampu  menggunakan metode atau teknik pembelajaran yang digunakan oleh  guru dalam melaksanakan pembelajaran.

 

Hal-hal yang tidak selaras terkait praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan yang dirasa perlu diubah atau dikembangkan bahkan dihilangkan

ü  Adanya KKM atau Kriteria Ketuntaan Minimum di Kurtilas, Dimana ada nilai yang harus di capai oleh murid supaya bisa lulus di suatu materi atau rapot atau suoaya bisa ke jenjang lebih tinggi. Ini membuat beban atau adanya tekanan dalam kemerdekaan pribadi untuk belajar.

ü  Adanya pemberian tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan murid.

ü  Penilain pada akhir saja atau produk saja, bukan menilai dari perencanaan dan proses nya.

ü  Gaya belajar diktator (berpusat pada guru) 

Gaya belajar yang memaksakan atas kehendak gurunya tanpa  memperhatikan kebutuhan para murid. Sebagian Guru masih menuntut  agar para murid turut dan patuh pada apa yang dilakukan oleh gurunya.  Hal ini tidak selaras dengan pendidikan yang memerdekakan.

ü  Punishment and reword 

Hal ini karena dapat berdampak kurang baik yang dirasakan oleh para  murid, murid memiliki pemikiran yang sesaat. Misalnya dengan adanya  punishment, murid akan terasa tertekan dan menjadi pendendam.

Selasa, 11 Juni 2024

Elaborasi Pemahaman - Pendidikan yang Memerdekakan

 

Durasi: 2 JP  - hari ke-6 (1 JP) dan ke-7 (1 JP)
Moda: Asinkronus

Tujuan Sesi:
Peserta dapat menggali lebih dalam wawasan tentang praktik Pendidikan yang Memerdekakan sehingga memiliki pemahaman yang matang sesuai dengan konteks praktik yang terjadi di sekolahnya.

Setelah Anda menyampaikan pemahaman Anda tentang Pendidikan yang Memerdekakan, sekarang Anda diminta untuk memikirkan bagaimana penerapan Prinsip Pendidikan yang Memerdekakan ini di berbagai tempat dalam sebuah kerangka penerapan. Sebagai referensi, silakan tonton dahulu video kompilasi wawancara dengan beberapa praktisi terkait praktik penerapan Pendidikan yang Memerdekakan yang akan disajikan pada halaman berikutnya.

Video pertama

Tentang pendidikan yang lahir batin mandiri, sdar tentang hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Pendidikan untuk anak usia dini dan sd harus berorientasi pada kepentingan terbaik bagi anak, artinya memanusiakan anak. Anak terlibat dalam proses belajarnya di sekolah, siswa ikut menentukan tujuan cara blajar, evaluasi refleksi proses belajarnya.

 

Video 2

Belajar hidup mandiri dan merdeka dari tekanan agar bisa berkontribusi dalam masyarakat dan jati dirinya. Menjadi manusia seutuhnya dapat beradaptasi dengan segala perubahan dan bisa menerapkan prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan sosial dalam kehidupan sehari2.siswa juga belajar tidak hanya dari guru, tetapii juga dari praktisi beragam bidang. Penilaian berdasarkan hasil tetapi proses.

 

Video 3

Pengajar bisa berasal dari masyarakt yang memiliki wawasan di bidang tertentu sehingga siswa dapat menabah pengetahuan siswa. Sekolah memahami kondisi lingkungan termasuk sarpras sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam pemelajaran.

Senin, 10 Juni 2024

Elaborasi Pemahaman - Pendidikan yang Memerdekakan

 Tujuan Sesi:

Peserta dapat menggali lebih dalam wawasan tentang praktik Pendidikan yang Memerdekakan sehingga memiliki pemahaman yang matang sesuai dengan konteks praktik yang terjadi di sekolahnya.

Bagaimana perasaan Anda sejauh ini?

Kami yakin saat ini mulai banyak pemahaman maupun pertanyaan yang muncul di benak Anda terkait pembelajaran yang Memerdekakan. Mungkin juga Anda justru tidak sabar untuk segera menerapkan apa yang sudah Anda pelajari sampai saat ini di tempat Anda bekerja. Semoga Anda tetap bisa mempertahankan semangat belajar Anda sampai nanti kita menyelesaikan seluruh modul. Di Pembelajaran ini, kita kembali akan melihat pemikiran sosok Ki Hadjar Dewantara serta memahaminya secara lebih mendalam.

 

Setelah Anda menyampaikan pemahaman Anda tentang Pendidikan yang Memerdekakan, sekarang Anda diminta untuk memikirkan bagaimana penerapan Prinsip Pendidikan yang Memerdekakan ini di berbagai tempat dalam sebuah kerangka penerapan. Sebagai referensi, silakan tonton dahulu video kompilasi wawancara dengan beberapa praktisi terkait praktik penerapan Pendidikan yang Memerdekakan yang akan disajikan pada halaman berikutnya.


Setelah selesai menonton, pilih konteks penerapan yang akan Anda bahas, sekolah tempat Anda bekerja atau sekolah-sekolah di wilayah kerja. Lalu, buatlah kerangka penerapan Pendidikan yang Memerdekakan pada konteks yang sudah dipilih. Namun sebelum itu, untuk memudahkan Anda dalam membuat kerangka, Anda diminta untuk mempertimbangkan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut.

 

1.   Pemikiran apa yang harus ditanamkan?

Pemikiran yang harus ditanamkan adalah bahwa anak sebagai makhluk yang secara kodrat diciptakan sempurna dengan akal, emosi,potensi dengan kesadaran dan kehendak yang dimiliki.Pemikiran yang harus ditanamkan  bahwa anak sebagai makhluk hidup yang secara kodrat diciptakan secara sempurna dengan akal, emosi, potensi serta kesadaran dan kehendak yang dimiliki. Pendidikan yang memerdekakan yakni mengembalikan manusia sebagai makhluk yang sempurna, merdeka dari tekanan dan merdeka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Pendidikan yang memerdekakan menurut  saya adalah Pendidikan yang memerdekakan baik tenaga pengajar maupun peserta didiknya. Guru harus paham dengan kebutuhan peserta didik, bisa menuntun bukan menuntut.  Menerapkan  metode pembelajaran diferensiasi sehingga minat dan bakat peserta didik dapat diakomodir sesusai masing  masing diferensiasi peserta didik.  Guru harus mengajar sesuai dengan kodrat alam dan  jaman nya (tentu zaman saat ini). Zaman sekarang adalah generasi Z yang tak lepas dari gawai, gawai  digunakan untuk pembelajaran agar peserta didik  bahagia dan semangat.  Jadilah guru yang memahami dan dinantikan muridnya.  Guru juga harus memahami Kecerdasan bahasa (Verbal-Linguistik)   Kecerdasan logika matematika  Kecerdasan visual dan spasial   Kecerdasan kinestetik (gerakan)  Kecerdasan musikal  Kecerdasan interpersonal  Kecerdasan intrapersonal  Kecerdasan naturalis sehingga mampu mengakomodir kecerdasan masing masing peserta didik, termasuk masalah  pskilogi siswa mereka.

 

 

2.   Praktik-praktik pembelajaran apa yang menurut Anda bisa diterapkan?

Praktik-praktik pembelajaran yang menurut saya bisa diterapkan, antara lain melakukan evaluasi dan refleksi bersama tentang kelebihan dan kekurangan, anak diberi kesempatan untuk membuat perencanaannya sendiri, fungsi sekolah sebagai penghubung siswa dengan dunia nyata, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman serta konsdusif, aturan yang diganti dengan kesepakatan /  keyakinan kelas serta pembiasaan disiplin positif.

 

3.   Praktik-praktik pembelajaran apa yang menurut Anda perlu dihilangkan?

Praktik-praktik pembelajaran yang menurut saya perlu dihilangkan, yaitu pemberian hadian pada anak yang lebih, pemberian hukuman bagi anak yang melanggar, serta pembuatan keputusan / aturan tanpa melibatkan siswa tersmasuk juga mengejar syandar KKM yang menjadi hal menakutkan bagi siswa untuk mencapainya dan guru mengejar ketuntasan mengajar nya.

 

4.   Potensi apa yang bisa mendukung penerapan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan?

Potensi yang bisa mendukung penerapan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan antara lain lingkungan belajar yang nyaman dan aman, warga sekolah yang memahami satu visi, pemahaman masyarakat umum dan orang tua / keluarga tentang pendidikan yang memerdekakan, kemauan dan kegigihan guru untuk memperbaiki pembelajarannya serta kemaun keluar dari zona nyaman yang konvensional sehingga banyak tertinggalnya dari kemajuan perubahan pemimpin pembelajaran di sekolah.

 

5.   Tantangan apa saja yang dihadapi?

Tantangan yang dihadapi yaitu kewenangan yang dimiliki belum menyentuh seluruh aspek, masih di sekitar kelas, perkembangan teknologi yang sangat pesat, ketidak siapan masyarakat umum dan orang tua murid terkait pendidikan yang memerdekakan peserta didik dalam mengembangkan kodrat dan garis yang samar pada peserta didik untuk menerangkan dan menggapainya sesuai dengan kemampuan mereka.

 

6.   Langkah pertama apa yang harus dilakukan?

Langkah pertama yang harus dilakukan melakukan dialog /kolaborasi dengan warga sekolah, orang tua, tokoh praktisi, dan masyarakat umum

 


Minggu, 09 Juni 2024

Ruang Kolaborasi - Pendidikan yang Memerdekakan

·         Apakah yang saat ini Anda pahami tentang Pendidikan yang Memerdekakan?

Pendidikan yang memerdekakan menurut  saya adalah Pendidikan yang memerdekakan baik tenaga pengajar maupun peserta didiknya. Guru harus paham dengan kebutuhan peserta didik, bisa menuntun bukan menuntut.  Menerapkan  metode pembelajaran diferensiasi sehingga minat dan bakat peserta didik dapat diakomodir sesusai masing  masing diferensiasi peserta didik.  Guru harus mengajar sesuai dengan kodrat alam dan  jaman nya (tentu zaman saat ini). Zaman sekarang adalah generasi Z yang tak lepas dari gawai, gawai  digunakan untuk pembelajaran agar peserta didik  bahagia dan semangat.  Jadilah guru yang memahami dan dinantikan muridnya.  Guru juga harus memahami Kecerdasan bahasa (Verbal-Linguistik)   Kecerdasan logika matematika  Kecerdasan visual dan spasial   Kecerdasan kinestetik (gerakan)  Kecerdasan musikal  Kecerdasan interpersonal  Kecerdasan intrapersonal  Kecerdasan naturalis sehingga mampu mengakomodir kecerdasan masing masing peserta didik, termasuk masalah pskilogi siswa mereka.

 

          Pendidikan yang memerdekakan  melalui  pemikiran  Ki Hadjar Dewantara ini mengantarkan pada model sistem  pendidikan   yang    berani  untuk menaruh percaya pada peserta didik akan setiap pilihan  dan pola belajar yang  dilakukan. Anak  didik  bukan lagi menjadi objek  dalam  proses  pengembaraan  ilmu, melainkan sebagai subjek pengemban  dalam  proses  pengembaraan  ilmu  pengetahuan.  Setidaknya, terdapat dua alasan historis  mengapa  Ki Hadjar  Dewantara  mengusulkan  adanya  konsep merdeka belajar kepada  anak  didik  supaya  terbentuk  atmosfer  pendidikan  yang memerdekakan.

Alasan-alasan tersebut ialah:  (1)  Ki Hadjar Dewantara menempatkan pendidikan sebagai laboratorium  untuk menciptakan  manusia yang  bermartabat  dan menggunakan hak-hak kemanusiaannya untuk menjadikannya sebagai manusia yang merdeka. (2) Merdeka belajar dijadikan sebagai cara untuk merekonstruksi kembali sistem pendidikan nasional sesuai dengan perkembangan zaman.

Hal ini disebabkan oleh sistem  pendidikan  terdahulu  selalu  memposisikan peserta didik sebagai individu yang  memiliki  kemampuan sama rata sehingga berdampak  pada proses pembelajaran yang cenderung  memberikan perlakuan yang sama setiap anak didik,  padahal  anak  didik  memiliki perbedaan  minat  dan  bakat  yang  berbeda.

Dengan  demikian, untuk merespons hal-hal tersebut, sangatlah  tepat  apabila  pemikiran Ki Hadjar  Dewantara ini menjadi garda terdepan  dalam membongkar konsep dan makna merdeka belajar serta kontribusinya untuk mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia (Siswadi, 2023: 145- 146).

Esensi pendidikan bagi bangsa   ini seyogyanya  dapat mengantarkan manusianya menjadi manusia yang paripurna. Mengingat  fungsi  utama  dari sistem  pendidikan  bagi Ki Hajar Dewantara ialah mengembangkan manusia, masyarakat, beserta lingkungannya. Selain itu, mengembangkan bangsa dan kebudayaan nasional serta melakukan  pembangunan  bagi  manusianya  menjadi  manusia yang utuh  (Siswadi, 2023: 151).

Proses pembangunan manusia menjadi manusia yang utuh bagaikan menaiki anak tangga, banyak   tahap yang   harus dilewati.   Salah satunya adalah dengan merekonstruksi  hal  fundamental  dalam  pendidikan,  yakni kurikulumnya.

·         Dari hasil belajar mandiri dan berdiskusi, prinsip apa yang semakin Anda yakini terkait Pendidikan yang Memerdekakan?

Prinsip yang semakin saya Yakini terkait Pendidikan yang memerdekakan adalah sistem among, menuntun bukan menuntut, pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan jaman, sehingga di setiap pembelajaran kita selalu kita gunakan pembelajaran diferensiasi bisa diferensiasi konten, proses maupun produk. Setiap peserta didik seperti bintang yang bersinar terang dilangit masing-masing. Tugas guru hanya memberi  energi agar bintang itu terus berpijar di lintasan masing-masing dengan berbagai tantangandan rintangan yang beraneka ragam.

 

·         Pemikiran apa yang Anda rasa perlu dihilangkan atau dirasa tidak sejalan dan relevan  lagi setelah Anda melalui proses belajar?

Pemikiran yang harus dihilangkan atau dirasa tidak sejalan dengan Pendidikan yang memerdekakan peserta didik dan guru adalah adanya KKM sehingga peserta didik harus dituntut untuk mencapai diatas KKM untuk bisa melanjutkan ke kelas berikutnya sementara sang  guru berupaya dengan berbagai cara agar tercapainya target tersebut, hal itu artinya menuntut bukan menuntun. Harusnya KKM sudah tidak ada lagi. Dalam Kurikulum Merdeka ada KKTP pengganti KKM yaitu Kriteria Ketuntasan Tujuan pembelajaran dan bukan satu nilai sebagai patokan tapi menggunakan interval nilai sehingga kita tidak perlu menuntut peserta didik tapi menuntun supaya setiap pembelajaran peserta didik dapat mencapai KKTP sesua perkembangannya.

  

Sabtu, 08 Juni 2024

Refleksi Hari ke 6

Pengajar praktik, hari keenam ini Saudara akan menggunakan template refleksi model FSB. Menuliskan refleksi harian merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, refleksi harian merupakan salah satu komponen penilaian. Pastikan Anda selalu mengisinya setiap hari.

Sesuatu yang akan Anda simpan dan dipergunakan di kemudian hari

Yang akan saya simpan dan dipergunakan dikemudian hari adalah ilmu dan pemahaman saya terhadap pendidikan yang memerdekakan murid, refleksi yang saya lakukan setelah membahas dan memahami pendidikan yang memerdekakan murid, pembelajaran yang berpihak pada murid serta metode Montessori, Frobel dan Taman Siswa. Pemikiran-pemikiran yang luar biasa untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas. Pemikiran tentang pendidikan yang memerdekakan maupun praktik baiknya yang luar biasa. Hal yang dapat diterapkan di sekolah maupun lingkungan sekitar kita. Dengan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan aman agar murid dapat berkembang dan belajar sesuai kodrat yang dimiliki.

Pendidikan yang memerdekakan menitik beratkan kepada olah rasa, hati, raga dan karsa secara seimbang. Sehingga dengan keseimbangan ini akan mengasilkan masyarakat yang berkualitas dan bijaksana. Anak adalah sebagai makhluk yang secara kodratnya diciptakan sempurna dengan akal, emosi, potensi dengan kesadaran dan kehendak yang dimiliki.

 

Sesuatu yang akan bawa dan dipergunakan dalam waktu dekat atau sesering mungkin.

Ilmu yang akan saya bawa dan dipergunakan dalam waktu dekat  atau sesering mungkin adalah Filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu  pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan sesuai kodratnya. Serta semboyan Ing ngarso sungtuladha, Ing madya mangunkarsa, Tut wuri handayani.

Dimana saya akan selalu melaksanakan Merdeka belajar, pembelajaran berpusat pada murid, pembelajaran diferensiasi yang sesuai dengan minat dan bakat tiap murid. Kemudian selalu membuat pembelajaran yang menggunakan media mengikuti perkembangan jaman.

Setiap orang lahir dengan kodrat yang unik, dimana tidak ada satupun yang sama antara satu dengan lainnya. Masing-masing mereka tetap dikembangkan sesuai dengan bakat bawaan yang dimiliki secara optimal. Setiap siswa seperti bintang yang bersinar terang di langit masing-masing. Tugas guru hanya memberi energi agar bintang itu terus berpijar di lintasan masing-masing dengan berbagai tantangan dan rintangan yang beraneka ragam.

 Tiga prinsip perubahan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara :

1.       kodrat alam dan zaman, kita berada di alam Indonesia dengan daerah dan alam yang beragam tentu berbeda dengan negara lain yang berbeda pula alamnya.

2.       prinsip perubahan meliputi asas trikon (kontinuitas, konvergen dan Konsentris,

3.       keseimbangan antara budi dan pekerti, Budi yang terdiri dari cipta, rasa, karsa sedangkan pekerti adalah raga

 

 

Sesuatu yang akan Anda buang  atau Anda hindari setelah hari ini.

Sesuatu yang akan saya buang atau saya hindari setelah hari ini yaitu

pemberian hukuman dan hadiah pada anak, karena hal tersebut dapat membuat anak menjadi terhukum oleh penghargaan.  Selain hal diatas adalah pembuatan keputusan/aturan  tanpa melibatkan siswa, memaksakan kehendak sesuai keinginan guru.   Pembelajaran yang menuntut bukan menuntun, seperti adanya KKM dimana murid di tuntut untuk bisa mencapai nilai tertentu. Pendapat bahwa anak adalah tabularasa (anak adalah kertas kosong), sikap guru yang selalu menuntut murid sesuai kehendak guru, menyamakan kemampuan murid di kelas,memberikan pelayanan yang sama,memberikan gaya belajar yang sama dalam kelas.

Tugas kita sebagai gurulah agar menuntun, meningkatkan keahlian mereka.  Sebagaimana ikan dapat berenang dengan lebih cepat dan gesit. Bagaimana pula dengan burung agar mampu terbang lebih jauh dan lebih tinggi untuk kebutuhan hidup mereka. Bukan sebaliknya, Ikan dipaksakan terbang dan burung dipaksakan berenang.

Jumat, 07 Juni 2024

Eksplorasi Konsep - Pendidikan yang Memerdekakan - 1

 

Eksplorasi Konsep - Pendidikan yang Memerdekakan - 1

Durasi: 2 JP
Moda
: Asinkron

Tujuan Sesi

1.    Mengidentifikasi nilai dan prinsip yang diyakini tentang Pendidikan Yang Memerdekakan

2.    Menyelaraskan nilai diri dan prinsip diri dengan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara

3.    Memperluas referensi dan pengetahuan terkait prinsip Pendidikan yang Memerdekakan yang berpihak pada murid dari Ki Hajar Dewantara dan pemikir lainnya.

4.    Memahami profil Pelajar Pancasila sebagai tujuan transformasi pendidikan yang berpihak pada murid

Eksplorasi Konsep - Menggali Pemikiran Tokoh - 2

Pada kegiatan ini, Anda diminta untuk mencari tahu dan mempelajari secara mandiri Prinsip Pendidikan yang Memerdekakan. Beberapa referensi yang perlu dicari tahu adalah sebagai berikut:

·         Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai konsep Pendidikan yang Memerdekakan mencakup kemandirian, kemerdekaan, kodrat alam, kodrat zaman, asas trikon, budi pekerti, dan patrap triloka.

·         Pemikiran dan praktik belajar mandiri menurut Maria Montessori, Friedrich Fröbel, Rabindranath Tagore sebagai referensi pemikiran KHD

·         Referensi lain (referensi pribadi atau referensi yang baru ditemukan)  yang dianggap selaras dengan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan. 

Anda dapat mencari tahu dan menggali topik-topik tersebut lewat media (internet, buku yang dimiliki, dll.) yang beragam. CPP dapat  menggunakan media yang memungkinkan untuk diakses serta sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan.

 

Selain itu, untuk membantu Anda lebih memahami konsep Pendidikan yang Memerdekakan sesuai filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara  yang menjadi landasan transformasi pendidikan, Anda diminta mengakses dan mempelajari sumber informasi yang tertera di halaman selanjutnya. Setelah itu, Anda diminta untuk menuliskan hasil belajar Anda.

 

Eksplorasi Konsep - Pendidikan Zaman Kolonial - 3

 

https://lms.guru.kemdikbud.go.id/courses/33167/pages/eksplorasi-konsep-pendidikan-zaman-kolonial-3

 

Kerangka Pemikiran Ki Hadjar Dewantara - 4

https://lms.guru.kemdikbud.go.id/courses/33167/pages/eksplorasi-konsep-kerangka-pemikiran-ki-hadjar-dewantara-4

 

Dasar-dasar Pendidikan - 5

Metode Montessori, Fröbel dan Taman Anak - 6

Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan oleh Iwan Syahril - 7

Profile Pelajar Pancasila - 8

Pendidikan yang Memerdekakan - 9

Setelah selesai mempelajari referensi-referensi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah:

·         merangkum hasil belajar mandiri  

·         memaparkan poin-poin pemikiran yang diyakini menjadi temuan berpengaruh dan penting terhadap pemahaman CPP mengenai tujuan transformasi pendidikan berlandaskan filosofi KHD  

·         merangkum hasil belajar dan refleksi dalam sebuah tulisan di LMS.

Anda akan meramu hasil belajar pada kegiatan selanjutnya Eksplorasi Konsep - Meramu Hasil Belajar.

Kamis, 06 Juni 2024

Eksplorasi Konsep - Meramu Hasil Belajar

 

Aprizal – CPP11-G4-143A

Eksplorasi Konsep - Meramu Hasil Belajar

  

Pemahaman Filosofi KHD menjadi landasan transformasi Pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak , sebagai berikut :

Makna dari kata “menuntun” adalah Tindakan untuk mengarahkan atau membimbing seseorang untuk mencapati pada potensi dirinya sampai yang tterbaik

Peran menuntun sesuai dengan system among adalah Ki Hajar Dewantara melaksanakan pendidikan budi pekerti dengan cara tut wuri handayani, yang dikenal dengan sistem Among. Artinya, peserta didik harus mampu membangun skill agar berdaya guna.  Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa peserta didik harus mampu mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa yang seimbang. Sistem among berusaha untuk tidak melibatkan sistem 'paksaan-paksaan' / memaksakan  dalam belajar, melainkan memberi 'tuntutan' kepada anak-anak agar hidup dapat berkembang dengan subur dan selamat. Jadi  sistem among akan menumbuhkan jiwa merdeka bagi setiap Peserta Didik untuk mengembangkan potensinya yang samar menjadi terang benderang sesuai kodratnya.

 

Makna dari Merdeka  :

Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Merdeka Belajar fokus kepada asas kemerdekaan dalam menerapkan materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, kebutuhan, dan karakteristik dari peserta didik. "Ki Hajar Dewantara melarang adanya paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta kreativitasnya. Kemerdekaan yang ada pada diri siswa akan berpengaruh terhadap kemerdekaan siswa lainnya, disinilah letak peran guru sebagai pamong, dan tetap terbuka namun waspada terhadap perubahan yang ada.

Kodrat anak tentang bermain yang adalah sama dengan belajar 

Bermain bukan dalam artiankajian belajar sambil bermain namun belajar dalam bermain. Menurut KHD, permainan anak itulah pendidikan.  Dalam hal ini pendidik harus sangat memahami bahwa kodrat anak adalah bermain. Melalui permainan, sang pendidik dapat menuntun tumbuh kembangnya kodrat anak dan mengembangkan budi pekerti anak. Bermain dapat diintegrasikan sebagai bagian dalam pembelajaran di sekolah. Permainan merupakan salah satu sarana untuk pendidikan, seperti yang diterapkan di Taman siswa memakai perpaduanantara  metode Montessori dan Metode Frobel  karena pelajaran paca indra dan permainan tidak bisa dipisah. 

Pendidikan yang berpihak / menghamba pada anak

Konsep kemerdekaan belajar anak dapat diterapkan  melalui pendidikan yang berpihak pada anak ( menghamba pada anak).  Artinya, pendidikan yang guru berikan berorientasi pada anak  dengan memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.  Salah satu contohnya dengan bermain sambil belajar atau belajar sambal bermain. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa  “Permainan anak, itulah pendidikan”.  Kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran bisa diintegraskan dengan pola permainan.  Pendidikan yang berpihak pada anak juga dapat dilakukan dengan memberikan ruang pada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Karena sejatinya, setiap anak memiliki kodratnya sendiri. Mereka lahir dengan kodrat yang ada pada dirinya, mereka telah memiliki potensi

 

 

Konsep Budi Pekerti

Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).  Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

Anak Bukan Tabularasa

Anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik   dapat  mengisi kertas yang kosong itu menurut kehendaknya. Artinya, si pendidikk berkuasa sepenuhnya untuk membentuk watak atau budi seperti yang diinginkan. Namun, aliran ini merupakan aliran lama yang sekarang hampir tidak diakui kebenarannya di kalangan cendikiawan.

2. Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir - pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode Montessori dan Taman Anak Frobel)

1.      Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran.

2.      Frobel juga menjadikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak-anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi barang-barang yang menyenangkan anak.

3.      Taman Siswa dapat  dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran paca indra dan permainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, salam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among  (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.

3. Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila

Pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara   digunakan hingga saat ini. Semangat merdeka belajar yang sedang dicanangkan memunculkan pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten dalam pendidikan Indonesia yang disebut "Profil Pelajar Pancasila" Adapun dimensi dari profil pelajar pancasila adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.  Profil pelajar Pancasila adalah karakter yang diharapkan tercipta dalam diri murid,  mencerminkan perilaku sehari hari dan akhirnya menjadi sebuah pembiasaan.