Aprizal – CPP11-G4-143A
Eksplorasi Konsep - Meramu Hasil Belajar
Pemahaman
Filosofi KHD menjadi landasan transformasi Pendidikan Indonesia yang berpihak
pada anak , sebagai berikut :
Makna dari kata “menuntun” adalah Tindakan untuk mengarahkan atau membimbing seseorang untuk mencapati
pada potensi dirinya sampai yang tterbaik
Peran menuntun sesuai dengan system among adalah Ki Hajar Dewantara melaksanakan pendidikan budi pekerti dengan
cara tut wuri handayani, yang dikenal dengan sistem Among. Artinya,
peserta didik harus mampu membangun skill agar berdaya guna. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa peserta
didik harus mampu mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa yang seimbang.
Sistem among berusaha untuk tidak melibatkan sistem 'paksaan-paksaan' /
memaksakan dalam belajar, melainkan
memberi 'tuntutan' kepada anak-anak agar hidup dapat berkembang dengan subur
dan selamat. Jadi sistem among akan
menumbuhkan jiwa merdeka bagi setiap Peserta Didik untuk mengembangkan
potensinya yang samar menjadi terang benderang sesuai kodratnya.
Makna dari Merdeka :
Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas
kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha
Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di
masyarakat. Merdeka Belajar fokus kepada asas kemerdekaan dalam menerapkan
materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
karakteristik dari peserta didik. "Ki Hajar Dewantara melarang adanya
paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta kreativitasnya. Kemerdekaan
yang ada pada diri siswa akan berpengaruh terhadap kemerdekaan siswa lainnya,
disinilah letak peran guru sebagai pamong, dan tetap terbuka namun waspada
terhadap perubahan yang ada.
Kodrat anak tentang bermain yang adalah sama dengan belajar
Bermain bukan dalam artiankajian belajar sambil bermain namun belajar
dalam bermain. Menurut KHD, permainan anak itulah pendidikan. Dalam hal
ini pendidik harus sangat memahami bahwa kodrat anak adalah bermain. Melalui
permainan, sang pendidik dapat menuntun tumbuh kembangnya kodrat anak dan
mengembangkan budi pekerti anak. Bermain dapat diintegrasikan sebagai bagian
dalam pembelajaran di sekolah. Permainan merupakan salah satu sarana untuk
pendidikan, seperti yang diterapkan di Taman siswa memakai perpaduanantara
metode Montessori dan Metode
Frobel karena pelajaran paca indra dan permainan tidak bisa
dipisah.
Pendidikan yang berpihak / menghamba pada anak
Konsep kemerdekaan belajar anak dapat diterapkan
melalui pendidikan yang berpihak pada anak ( menghamba pada anak).
Artinya, pendidikan yang guru berikan berorientasi pada anak dengan
memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. Salah satu
contohnya dengan bermain sambil belajar atau belajar sambal bermain. Hal ini
selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa
“Permainan anak, itulah pendidikan”. Kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran
bisa diintegraskan dengan pola permainan. Pendidikan yang berpihak pada
anak juga dapat dilakukan dengan memberikan ruang pada anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya. Karena sejatinya, setiap anak memiliki kodratnya sendiri.
Mereka lahir dengan kodrat yang ada pada dirinya, mereka telah memiliki potensi
Konsep Budi Pekerti
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter
merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai
perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya
(psikomotor). Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan)
hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih
melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian
dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak
hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan
yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain.
Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi
dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.
Anak Bukan Tabularasa
Anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang
belum ditulis, sehingga kaum pendidik dapat mengisi kertas yang kosong itu menurut
kehendaknya. Artinya, si pendidikk berkuasa sepenuhnya untuk membentuk watak
atau budi seperti yang diinginkan. Namun, aliran ini merupakan aliran lama yang
sekarang hampir tidak diakui kebenarannya di kalangan cendikiawan.
2. Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir -
pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode
Montessori dan Taman Anak Frobel)
1.
Montessori mementingkan pelajaran panca indra,
hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk
latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran.
2.
Frobel juga menjadikan panca indra sebagai
konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak-anak,
kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi
barang-barang yang menyenangkan anak.
3.
Taman Siswa dapat dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan
tetapi pelajaran paca indra dan permainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap
satu. Sebab, salam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah
laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among
(Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
3. Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan
tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
Pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara digunakan hingga saat ini. Semangat merdeka
belajar yang sedang dicanangkan memunculkan pedoman, sebuah penunjuk arah yang
konsisten dalam pendidikan Indonesia yang disebut "Profil Pelajar
Pancasila" Adapun dimensi dari profil pelajar pancasila
adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia,
berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan
mandiri. Profil pelajar Pancasila adalah karakter yang diharapkan
tercipta dalam diri murid, mencerminkan
perilaku sehari hari dan akhirnya menjadi sebuah pembiasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar