Welcome

<< Mulai dengan cerita yang menarik>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Sabtu, 12 April 2025

Cerita Fiksi : Senja di SPALGA: Jejak yang Tertinggal

 Bab 1: Hari Terakhir yang Penuh Tanya

Bel berdering nyaring, memecah keheningan ruang kelas 9B SMP SPALGA. Tawa dan sorak sorai langsung membahana. Hari terakhir ujian nasional telah usai. Bagi empat sekawan: Risa, Arya, Luna, dan Kevin, ini adalah gerbang menuju babak baru, namun juga akhir dari sebuah era yang takkan pernah terulang.

Risa, dengan rambut dikepang dua yang selalu bergoyang saat tertawa, memeluk Luna erat. "Kita berhasil, Lun! SMP sudah selesai!"

Luna, yang lebih kalem dan selalu menjadi penengah di antara mereka, membalas pelukan Risa dengan senyum haru. "Iya, Ris. Tapi rasanya aneh ya?"

Arya, si kutu buku dengan kacamata tebalnya, menyandarkan kepala ke bahu Kevin, si atlet basket yang selalu ceria. "Aneh dan... sedikit menakutkan."

Kevin merangkul kedua sahabatnya. "Hei, jangan melow begitu! Ini baru permulaan. Kita pasti akan tetap bersama, kan?"

Namun, di balik ucapan Kevin yang penuh semangat, terselip keraguan yang sama dirasakan oleh ketiganya. Mereka tahu, setelah ini, jalan hidup mereka bisa saja berbeda. SMA yang mereka pilih pun belum tentu sama.

Bab 2: Kilas Balik: Awal yang Tak Terduga

Tiga tahun sebelumnya. Risa, murid pindahan dari Jakarta, merasa asing dan sendirian di hari pertamanya di SMP SPALGA. Di tengah jam istirahat, ia duduk di bangku taman sendirian, menatap nanar kotak bekalnya yang belum tersentuh.

Tiba-tiba, sebuah bola basket menggelinding tepat di kakinya. Seorang anak laki-laki bertubuh tinggi dengan senyum lebar menghampirinya. "Hei, maaf ya! Bolanya nyasar." Itu adalah Kevin.

"Iya, nggak apa-apa," jawab Risa pelan.

"Kamu anak baru ya? Aku Kevin, anak kelas 7C," sapa Kevin ramah.

Tak lama kemudian, datanglah Arya dengan buku tebal di tangannya dan Luna yang sedang mengobrol dengan beberapa teman. Kevin memperkenalkan Risa kepada mereka. Awalnya canggung, namun obrolan ringan tentang pelajaran, buku, dan cita-cita perlahan mencairkan suasana. Di bawah rindangnya pohon di taman sekolah itu, tanpa mereka sadari, benih-benih persahabatan mulai tumbuh.

Bab 3: Kembali ke Masa Kini: Janji di Atap Sekolah

Malam harinya, setelah perayaan kelulusan yang sederhana namun berkesan, keempat sahabat itu diam-diam menyelinap ke atap sekolah. Angin malam bertiup sepoi-sepoi, menerbangkan ujung jilbab Luna dan rambut Risa.

"Ingat nggak, dulu kita sering bolos ke sini buat lihat bintang?" celetuk Arya sambil menunjuk ke langit yang bertaburan bintang.

Mereka tertawa kecil, mengingat kenakalan-kenakalan masa SMP yang kini terasa begitu manis.

"Kita harus janji," kata Luna tiba-tiba, memecah keheningan. "Kita harus tetap saling menghubungi, apapun yang terjadi."

"Janji!" seru mereka bertiga serempak, mengangkat jari kelingking masing-masing dan saling bertautan. Di bawah langit malam SPALGA, janji persahabatan itu terukir.

Bab 4: Kilas Balik: Air Mata di Ruang UKS

Setahun sebelumnya. Risa terisak di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Ia baru saja mendapatkan nilai matematika yang sangat buruk, membuatnya merasa gagal dan putus asa. Luna memeluknya erat, mencoba menenangkan.

"Sudah, Ris. Jangan sedih. Kita bisa belajar lagi bersama," bisik Luna lembut.

Tak lama kemudian, Arya dan Kevin datang membawa cokelat dan minuman hangat. Arya, yang biasanya pendiam, bahkan mencoba melontarkan beberapa lelucon garing untuk menghibur Risa.

"Nilai jelek itu biasa, Ris. Yang penting kan kamu sudah berusaha," kata Kevin sambil menepuk pundak Risa.

Malam itu, mereka berempat belajar matematika bersama di rumah Risa hingga larut malam. Meskipun hasilnya tidak langsung sempurna, dukungan dan kebersamaan itu membuat Risa merasa lebih baik dan termotivasi untuk tidak menyerah.

Bab 5: Kembali ke Masa Kini: Surat yang Tertunda

Beberapa minggu setelah kelulusan, Risa menemukan sebuah amplop berwarna biru muda di laci mejanya. Amplop itu tertulis namanya, dengan tulisan tangan yang sangat ia kenali: Arya.

Isi surat itu:

Risa,

Mungkin surat ini agak terlambat. Aku sebenarnya ingin memberikan ini saat perpisahan, tapi aku terlalu gugup.

Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku selama di SPALGA. Kamu selalu ceria dan membuat hari-hari kami lebih berwarna. Aku tahu, aku ini orangnya agak kaku dan pendiam. Tapi kalian bertiga selalu bisa membuatku merasa nyaman dan diterima.

Aku akan melanjutkan ke SMA Negeri 1. Semoga kita masih bisa sering bertemu ya.

Salam hangat,

Arya.

Membaca surat itu, Risa tersenyum haru. Ia menyadari, di balik sikap pendiam Arya, tersimpan perhatian yang begitu besar. Ia menyesal tidak menyadari kegugupan Arya saat perpisahan.

Bab 6: Kilas Balik: Pertengkaran di Lapangan Basket

Dua tahun sebelumnya. Kevin dan Arya terlibat perdebatan sengit di lapangan basket. Kevin merasa Arya tidak serius saat latihan gabungan tim sekolah, sementara Arya merasa Kevin terlalu meremehkannya.

"Kamu tuh kalau main basket cuma modal otot, Vin! Nggak ada strateginya!" cetus Arya kesal.

"Enak aja ngomong! Kamu sendiri lempar bola aja masih sering meleset!" balas Kevin tak kalah sengit.

Risa dan Luna berusaha melerai, namun keduanya terlalu emosi. Akhirnya, Kevin pergi meninggalkan lapangan dengan wajah masam. Arya pun memilih menyendiri di tribun.

Luna kemudian menghampiri Kevin, sementara Risa mencoba berbicara dengan Arya. Mereka berdua berusaha menenangkan dan menyadarkan kedua sahabatnya bahwa pertengkaran ini tidak sebanding dengan persahabatan yang telah mereka bangun.

Keesokan harinya, Kevin dan Arya saling meminta maaf. Mereka menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, namun persahabatan mereka jauh lebih berharga daripada sekadar ego sesaat.

Bab 7: Kembali ke Masa Kini: Panggilan Telepon di Tengah Malam

Beberapa bulan setelah mereka masuk SMA yang berbeda-beda, Luna terbangun oleh dering telepon di tengah malam. Di layar ponselnya tertera nama Risa.

"Halo, Ris? Ada apa?" tanya Luna dengan suara serak.

"Lun... aku... aku diterima di pertukaran pelajar ke Jepang!" seru Risa dari seberang telepon dengan nada antara senang dan cemas.

Luna terdiam sejenak. Ia tahu, ini adalah impian terbesar Risa sejak lama. Namun, ini juga berarti mereka akan semakin berjauhan.

"Wah, Ris! Selamat! Itu keren banget!" kata Luna akhirnya, berusaha menyembunyikan sedikit rasa sedihnya.

Mereka berdua kemudian bercerita panjang lebar tentang rencana Risa dan bagaimana mereka akan tetap menjaga komunikasi meskipun terpisah jarak.

Bab 8: Kilas Balik: Kejutan Ulang Tahun di Perpustakaan

Setahun lalu, tepat di hari ulang tahun Arya, Risa, Luna, dan Kevin diam-diam merencanakan sebuah kejutan. Mereka tahu Arya sangat suka membaca dan menghabiskan banyak waktunya di perpustakaan sekolah.

Saat Arya sedang asyik membaca di sudut perpustakaan, tiba-tiba lampu padam. Arya terkejut, namun kemudian terdengar suara nyanyian "Selamat Ulang Tahun" dari arah pintu. Risa, Luna, dan Kevin muncul membawa kue cokelat kecil dengan lilin yang menyala.

Wajah Arya yang biasanya datar terlihat sangat terkejut dan bahagia. Ia tidak menyangka teman-temannya akan memberikan kejutan seperti ini. Malam itu, mereka merayakan ulang tahun Arya dengan sederhana namun penuh kehangatan di perpustakaan sekolah yang sepi.

Bab 9: Kembali ke Masa Kini: Pertemuan yang Tak Disengaja

Dua tahun setelah lulus SMP, Kevin yang sedang berkuliah di Bandung tak sengaja bertemu dengan Arya di sebuah kedai kopi. Mereka berdua sama-sama terkejut dan senang bisa bertemu kembali setelah sekian lama.

Obrolan mengalir begitu saja, menceritakan tentang kuliah, teman-teman baru, dan tentu saja, kenangan-kenangan indah di SPALGA. Mereka berdua menyadari, meskipun waktu dan jarak telah memisahkan, ikatan persahabatan mereka masih terasa kuat.

"Kita harus atur waktu buat ketemu Risa dan Luna juga," kata Kevin sebelum berpisah.

"Setuju banget! Kita harus bikin reuni kecil," jawab Arya dengan senyum lebar.

Bab 10: Senja di SPALGA: Jejak yang Abadi

Lima tahun setelah kelulusan. Risa kembali ke Bandar Lampung setelah menyelesaikan studinya di Jepang. Ia menghubungi Luna, Kevin, dan Arya. Mereka berempat akhirnya bertemu kembali di tempat yang paling bersejarah bagi persahabatan mereka: taman belakang SMP SPALGA.

Meskipun banyak hal telah berubah dalam hidup mereka masing-masing, tawa dan kehangatan di antara mereka tetap sama. Mereka mengenang semua suka dan duka yang telah mereka lalui bersama di SPALGA.

Senja mulai menyelimuti langit Bandar Lampung. Mereka berempat duduk berdampingan, menatap bangunan SMP yang menyimpan begitu banyak kenangan. Mereka tahu, masa SMP mereka telah berakhir, namun jejak persahabatan yang telah mereka ukir di SPALGA akan abadi selamanya. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke arah yang berbeda, ikatan hati mereka akan selalu terhubung, seperti bintang-bintang yang selalu bersinar di langit malam, mengingatkan mereka akan persahabatan sejati yang tak lekang oleh waktu.



Disclaimer :

(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)

Tidak ada komentar: