Welcome

<< Mulai dengan cerita yang menarik>> << SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA >>

Jumat, 04 April 2025

Ekspedisi Ramadan Kang Ijal: Jejak Keberkahan di Bumi Andalas Menyulam Silaturahmi di Lembah Anai [BERSAMBUNG KE SESI 13]

 Mentari pagi memeluk lembut Lembah Anai. Kabut tipis masih menari di antara hijaunya pepohonan yang menjulang, menciptakan pemandangan yang sungguh memukau. Kang Ijal menarik napas dalam-dalam, menghirup udara segar yang bercampur aroma tanah basah dan dedaunan. Setelah semalam beristirahat di sebuah surau kecil di kaki bukit, semangatnya kembali membara untuk melanjutkan perjalanan.

Tujuan Kang Ijal pagi ini adalah sebuah nagari kecil yang terletak di jantung Lembah Anai. Ia mendengar cerita tentang kegigihan warganya dalam menjaga tradisi dan semangat gotong royong yang masih kental. Sebuah masjid tua menjadi pusat kegiatan masyarakat, dan Kang Ijal ingin sekali melihat lebih dekat bagaimana nilai-nilai Ramadan dihayati di tempat yang indah ini.

Dengan mengendarai motor trail kesayangannya, Kang Ijal menyusuri jalanan yang berkelok-kelok mengikuti aliran sungai yang jernih. Sesekali ia berhenti untuk menikmati keindahan air terjun yang mempesona, merasakan percikan airnya yang menyegarkan. Lembah Anai memang menyimpan pesona alam yang luar biasa, sebuah anugerah dari Sang Pencipta yang patut disyukuri.

Setibanya di nagari yang dituju, Kang Ijal disambut dengan senyum ramah oleh beberapa pemuda yang sedang bergotong royong membersihkan halaman masjid. Mereka tampak terkejut sekaligus senang melihat kedatangan seorang musafir dengan perawakan khas Kang Ijal.

"Assalamualaikum, Uda," sapa Kang Ijal dengan sopan.

"Waalaikumsalam, Uda. Silakan, Uda," jawab salah seorang pemuda sambil menjabat tangan Kang Ijal. "Kami sedang bersiap untuk menyambut waktu zuhur."

Kang Ijal memperkenalkan diri dan menceritakan maksud kedatangannya. Ia ingin belajar tentang bagaimana masyarakat di Lembah Anai memaknai Ramadan dan mempererat tali silaturahmi. Para pemuda itu dengan senang hati menerima Kang Ijal dan mengajaknya berkeliling melihat masjid tua yang menjadi kebanggaan nagari mereka.

Masjid itu tampak sederhana namun kokoh, dengan arsitektur tradisional Minangkabau yang khas. Di dalamnya, Kang Ijal melihat beberapa orang tua sedang membaca Al-Quran dengan khusyuk. Suasana tenang dan damai terasa begitu kuat di tempat ini.

Setelah berbincang-bincang sejenak, Kang Ijal diajak untuk menikmati hidangan sederhana yang telah disiapkan oleh warga. Ada nasi hangat, gulai ayam kampung, dan sambal lado yang menggugah selera. Kang Ijal merasa terharu dengan keramahan dan kehangatan penerimaan masyarakat di nagari ini.

Sambil menikmati hidangan, Kang Ijal bertanya tentang tradisi Ramadan yang ada di nagari tersebut. Salah seorang tetua kampung menjelaskan bahwa setiap sore menjelang berbuka, warga berkumpul di masjid untuk mendengarkan tausiyah dan berbagi takjil. Setelah salat Tarawih, mereka juga sering mengadakan tadarus Al-Quran secara bersama-sama.

"Semangat kebersamaan dan gotong royong inilah yang kami jaga sejak dulu, Uda," ujar tetua kampung itu dengan bijak. "Ramadan bagi kami bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama."

Kang Ijal mengangguk-angguk setuju. Ia merasakan sendiri bagaimana nilai-nilai luhur Ramadan masih begitu kuat mengakar di Lembah Anai. Keindahan alamnya seolah berpadu harmonis dengan keindahan hati masyarakatnya.

Sebelum berpamitan, Kang Ijal menyempatkan diri untuk memberikan sedikit bantuan berupa beberapa paket kurma dan perlengkapan salat untuk masjid. Ia berharap bantuannya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan.

"Terima kasih banyak, Uda," ucap salah seorang pemuda dengan tulus. "Semoga perjalanan Uda senantiasa dilindungi oleh Allah SWT."

Kang Ijal tersenyum. Ia merasa bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengunjungi Lembah Anai dan bertemu dengan orang-orang yang begitu baik hati. Jejak keberkahan Ramadan kembali ia temukan di tempat ini, sebuah pengingat bahwa kebaikan dan persaudaraan dapat ditemukan di mana saja, bahkan di lembah yang tersembunyi sekalipun.

Perjalanan Kang Ijal di Bumi Andalas masih panjang. Ia akan terus menyusuri jejak-jejak keberkahan Ramadan, menyulam silaturahmi, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Ke mana lagi Kang Ijal akan melanjutkan ekspedisinya?




Disclaimer :

(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)


Tidak ada komentar: